Mengenai penulisan bahasa di media massa,terutama di media cyber (online), ditemukan adanya kesalahan bahasa maupun pilihan kata. Kita tahu bahwasanya media massa ditujukkan untuk umum dan menulis suatu informasi di dalam media massa dibaca lebih dari satu orang. Tentu saja harus memerhatikan standar atau struktur yang jelas. Namun,dalam praktik menulis berita tidak sedikit penulis atau wartawan yang salah menempatkan kata atau kalimat,tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan berbahasa di media yang paling sering terjadi antara lain :
Kesalahan yang sering dilakukan wartawan atau penulis ialah mengabaikan kesesuaian tata kalimat. Seperti judul berita “Remaja Bekasi yang Tewas Tertabrak Sudah 8 kali Bikin Konten Hadang Truk”. Kalimat tersebut kurang tepat apabila pembaca tidak membaca isi berita dan hanya membaca sekilas akan mengira maksud judul tersebut yakni seorang remaja Bekasi yang sudah tewas tertabrak 8 kali membuat konten hadang truk. Itu akan menjadi suatu keanehan dan bahkan mustahil orang yang sudah tewas membuat konten hadang truk. Perlu diperhatikan lagi pewarta dalam menulis judul berita agar sesuai isi berita. Untuk menjadi kalimat yang tepat pada judul berita tersebut bisa diubah menjadi ‘Remaja Bekasi Tewas Tertabrak Akibat Bikin Konten Hadang Truk”. Jurnalis dituntut membuat kalimat yang efisien dan efektif dengan makna kata yang tepat dan spesifik agar pembaca menerima informasi secara cepat. Untuk mencapai tujuan itu,pewarta sebaiknya memakai prinsip “lebih singkat lebih baik”dalam menulis berita.
Kesalahan lain yang sering dilakukan pewarta adalah pemborosan kata atau kemubaziran kata. Dalam berita sering ditemukan kemubaziran untuk menunjukkan waktu. Contohnya : yang pertama, “Ini laporan dari satpol PP DKI selama PPKM darurat 3-9 Juli 2021,” kata Riza di Balai Kota Jakarta,Senin (12/7/2021) malam. Kata malam pada kalimat itu tidak perlu ditulis karena maknanya terkandung dalam (12/7). Lagi pula, pembaca tidak perlu mengetahui pembicaraan tersebut terjadi siang atau malam.
Contoh yang ke dua, Edhy Prabowo akan menjalani sidang vonis kasus dugaan korupsi penetapan izin ekspor benih lobster (benur) pada hari ini, Kamis (15/7). Kata hari ini juga seharusnya tidak perlu ditulis karena sudah ada keterangan hari dan tanggalnya. Lagi pula,hari ini merupakan tafsir yang muncul dari orang yang hari ini membaca berita tersebut. Sementara itu, berita kadang-kadang dibaca sehari setelahnya,dua hari,tiga hari bahkan beberapa hari setelah kejadian berlangsung. Untuk menghindari pemborosan kata seperti itu,sebaiknya kata hari,tanggal, bulan, dan tahun tidak perlu ditulis dalam isi berita jika nama hari,angka tanggal,angka/nama bulan,dan angka tahun sudah dibuat. Jadi, pewarta cukup menulis Kamis (15/7) atau Kamis, 15 juli 2021. Bukan hari Kamis,tanggal 15 bulan Juli Tahun 2021. Sejumlah media bahkan tidak menulis tahun dalam isi berita karena sudah terdapat di media.
Adapun kesalahan diksi (pilihan kata) ialah menyamakan mati dengan meregang nyawa. Dalam berita kecelakaan kadang-kadang keduanya dipertukarkan. Sebagai contoh,pada judul berita ditulis tewas,sedangkan dalam isi berita ditulis meregang nyawa. Hal itu mengakibatkan pembaca bingung karena meregang nyawa artinya bukan ‘mati’ melainkan sekarat. Kesalahan demikian berakibat pada berubahnya fakta. Berubahnya fakta karena wartawan salah memilih kata yang membingungkan pembaca. Apabila pembaca dibuat bingung karena membaca berita sebuah media,pembaca bisa tidak percaya pada berita yang diterbitkan sebuah media.
Sumber Referensi :
Adib,Holy. 2021. Perca-Perca Bahasa. Yogyakarta: DIVA Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H