Belajar Bersyukur: Fokus pada apa yang sudah dimiliki daripada apa yang belum dimiliki. Latih hati untuk merasa cukup dengan apa yang Tuhan berikan.
  Tunjukkan Keadilan: Dalam setiap interaksi, baik di rumah, tempat kerja, atau masyarakat, pastikan tidak ada yang dirugikan oleh tindakan atau keputusan kita.
Pernyataan dalam Lukas 3:14 adalah panggilan abadi untuk hidup dalam kejujuran, keadilan, dan kepuasan. Ini mengingatkan kita bahwa dosa seperti merampas dan memeras tidak hanya merugikan orang lain tetapi juga merusak hubungan kita dengan Tuhan. Sebaliknya, hidup yang penuh syukur dan integritas mencerminkan iman yang sejati dan membawa damai dalam hati.
Pesan ini menantang kita untuk memeriksa hidup kita sendiri: apakah kita sudah cukup puas dengan apa yang kita miliki, atau kita masih tergoda untuk mencari keuntungan dengan cara yang tidak benar? Dalam hal ini, kita diingatkan untuk hidup benar, memperlakukan orang lain dengan keadilan, dan percaya bahwa Tuhan mencukupi segala kebutuhan kita.
Namun satu hal yang perlu di ingat, yang memutuskan apakah perbuatanmu itu dosa atau tidak, adalah hak prerogatif Tuhan semesta alam. Manusia sama sekali tidak punya hak. Juga yang menentukan apakah kamu itu masuk surga atau neraka juga hak prerogratif Tuhan, bukan karena kamu dekat dengan para pastor atau suster, karena mereka juga belum tentu masuk surga.
Tuhan tidak pernah mengangkat manusia menjadi hakim terhadap sesamanya, jadi janganlah mengangkat dirimu menjadi hakim melebihi Tuhan sampai memersekusi orang lain.
Jadi masuk surga atau neraka itu tergantung bagaimana hubungan Tuhan dalam kaitannya dengan kesempatan bertobat yang diberi oleh Tuhan. Bukan tergantung kedekatan dengan sesama seperti pastor atau suster.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H