Konsekuensi pertama dari tren ini adalah semakin bertambahnya tingkat keengganan anak-anak untuk bergerak atau melakukan aktivitas fisik. Mereka cenderung terperangkap dalam gaya hidup yang kurang aktif dan lebih pasif.
Tidak jarang kita mendengar anak-anak pada usia muda bahkan 20 tahun yang menderita kolesterol, darah tinggi dan penyakit gula karena mereka mager, tidak olah raga dan sangat kurang bergerak. Penyakit-penyakit yang timbul akibat kondisi ini akan membawa konsekuensi meninggal di usia relatif muda.
Yang lebih memprihatinkan, dampaknya juga menyentuh pada pola kerja orang dewasa. Sebagian dari mereka, seolah menjadi "kalong", yang kegiatannya pada siang hari dengan tidur yang panjang, dan malam harinya baru bangun untuk bergelut dengan pekerjaan tanpa henti.
Parahnya, meskipun sering dinasihati, mereka seperti tidak mengerti atau tidak peduli. Akankah ke depan bangsa manusia itu umurnya semakin pendek dan musnah dengan sendirinya? Siapa yang tahu? Meskipun hal ini mungkin saja terjadi jika generasi muda tidak merubah pola hidup mereka.
Fenomena ini memunculkan pertanyaan, apakah pola kerja di masa depan akan berubah secara radikal? Apakah waktu kerja akan terbalik, di mana siang menjadi waktu untuk beristirahat dan malam menjadi waktu produktif untuk bekerja?
Tantangan ini menggarisbawahi adanya perubahan perilaku dan pola hidup masyarakat modern. Era digital telah memberikan kemudahan akses tetapi juga menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan mengenai perubahan pola kerja di masa mendatang menjadi relevan dan mendorong untuk dipertimbangkan lebih dalam.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H