Dulu, ketika masih kecil, hidup terasa begitu menyenangkan. Kenikmatan hidup terletak pada kesederhanaan saat itu. Bermain bersama, membatu orang tua, berteman dan keluyuran serta juga terkadang ikut pesta bersama.
Bermain di lumpur, memainkan bola kaki yang bolanya terbuat dari buah jeruk besar yang dibalut karet alam, serta berseluncur di tanah becek adalah momen yang begitu mengasyikkan.
Keseruan tak terbatas pada satu jenis permainan, melainkan beragam permainan yang jumlahnya tak jarang mencapai puluhan bahkan ratusan.
Seperti bermain karet gelang sambil taruhan, berenang di Sungai sampai sore, bermain buah karet alam sambil taruhan, beramin tali dengan loncat-loncat, bermain sembunyi dan juga lintas alam.
Bahkan terkadang membuat rumah-rumahan, masak-memasak, main telpon-telponan dengan kaleng yang dihubungkan dengan benang, dan membuat mainan dari kayu serta tangkai daun ubi.
Namun, di zaman dewasa ini, permainan-permainan semacam itu sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Penggantinya hadir dalam sebuah perangkat bernama ponsel. Segala bentuk kesenangan dan hiburan kini tersemat dalam gawai kecil tersebut.
Bahkan bentuk permainannya sangat bervariasi, sehingga terkadang menyulut emosi dan juga membuat anak-anak lupa waktu dan malas bergerak. Kalau di suruh orang tuanya dia akan menjawab ya Mak, sebentar, atau nanti dulu.
Bahkan parahnya ada yang marah karena permainan onlinenya terganggu dan kalah. Mereka akan marah dan akan membentak orang tuanya. Sungguh suatu perbuatan yang dulunya tidak pernah kita lakukan.
Kata-kata mereka juga meluncur dengan kosa kata tidak senonoh seperti; anjing, babi, setan, bangsat, bodoh dan segala macamnya.
Anak-anak lebih cenderung memilih untuk terpaku pada layar ponsel daripada bergerak aktif di luar rumah. Di mana-mana kita bisa melihat anak-anak muda bahkan pada usia sekolah pun ada yang tidur sepanjang hari.