Namun, usahanya sia-sia karena terkendala oleh ulah ayam tetangga yang mengais habis tanaman di kebunnya. Tak hanya itu, ikan-ikan yang ia pelihara tak berkembang karena habis  dimangsa oleh ikan gabus.
Situasi semakin memburuk ketika Horos berusaha mengajar di sebuah Universitas Terbuka setempat. Namun, dalam keironisan tak terduga, honornya tak kunjung dibayarkan meskipun laporan telah diserahkan empat bulan yang lalu.
Keadaan hidupnya lebih diperburuk lagi oleh anaknya yang tua, dia sudah selesai disekolahkan oleh Horos dan sudah menjadi sarjana dan kebetulan juga sudah mendapatkan pekerjaan. Tetapi malangnya, satu rupiah pun dia tidak mau membantu kedua orang tuanya.
Suatu hari, di tengah cobaan yang tak berkesudahan, Horos terpaksa melakukan perjalanan ke kota lain yang berjarak sekitar 300 kilometer untuk menghadiri pemakaman seorang keluarga.
Namun ironisnya, dalam perjalanan ia terjatuh dari motor karena tersenggol truk, untung nyawanya belum sempat di pungut Malaikat sehingga dia masih hidup. Dia terpaksa mengobati dirinya dengan herbal saja karena tidak ada untuk membayar iuran BPJS dan tak memiliki biaya untuk pengobatan.
Tahun berikutnya, Horos dan istrinya terpaksa pergi ke kota lain lagi untuk menghadiri pemakaman keluarga lainnya dengan sepeda motor mereka. Namun, nasib buruk kembali menghampiri.
Ban motor kempes di tengah perjalanan pulang, dan mereka terpaksa mendorong motor dalam kegelapan malam, mencari bengkel terdekat sejauh puluhan kilometer karena daerah mereka jarang penduduknya.
Ketika akhirnya mereka sampai di rumah mereka yang sudah larut malam, mereka dihadapkan pada pemandangan yang menggetirkan hati. Rumah mereka telah dirampok oleh pencuri, meninggalkan mereka dalam keadaan kebingungan dan keputusasaan.
Horos dan istrinya terjebak dalam lingkaran malapetaka yang tak kunjung berhenti, hampir tak lagi mampu menanggung semua pukulan yang datang bertubi-tubi. Namun, di balik kejadian tragis itu, semangat mereka untuk bangkit dan terus melangkah tetap menyala, meskipun kehidupan telah begitu kejam padanya.
Apakah Tuhan tidak menaruh belas kasihan kepada keduanya? Mereka tidak pernah berbuat kejahatan dan berusaha hidup jujur. Sementara para koruptor yang korupsi ratusan triliun saja masih bisa hidup enak dan tenang dengan ongkang-ongkang kaki.
Setiap ada kesempatan Horos dan istrinya berdoa kepada Tuhan, agar mereka diberikan rezeki untuk memperbaiki hidup mereka, tetapi sepertinya Tuhan sudah tuli dan tidak mendengarkan permohonan mereka.