Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Susah Membangunkan Anak Untuk Berangkat Sekolah

20 September 2023   06:53 Diperbarui: 3 Oktober 2023   13:37 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar  https://www.idntimes.com/hype/entertainment/jihan-khoerunnisa/rekomendasi-anime-bertema-sekolah-di-muse-indonesia-c1c2-1

Pak Christo benar-benar merasa frustrasi saat mencoba membangunkan anaknya yang masih duduk di bangku SMA. Setiap pagi, ritual yang sama terulang kembali. Ia membuka pintu kamar anaknya dengan hati-hati, rupanya tidak terkunci.

Christo berusaha tidak menggegerkan remaja yang tengah terlelap dalam mimpi-mimpinya.

"Bangun, Nak," desis Pak Christo dengan nada lembut.

Namun, anaknya hanya merenggangkan tubuhnya sedikit, lalu kembali merem.

"Kamu harus cepat bangun, sekolah sudah menunggu," lanjut Pak Christo dengan nada yang lebih keras kali ini.

Tapi anaknya masih terlihat malas-malasan di ranjangnya. Alasan utama anaknya sulit bangun adalah karena guru-gurunya jarang masuk ke sekolah. Ini membuat anaknya merasa bahwa tidak ada alasan untuk terburu-buru bangun jika tidak ada pelajaran yang menanti.

Pak Christo merasa putus asa. Ia mulai memikirkan kemungkinan memindahkan anaknya ke SMA Swasta yang dimiliki oleh seorang suster. Namun, saat melihat biaya pendidikan yang sangat tidak terjangkau, ia nyaris pingsan. Tidak mungkin baginya untuk membayar biaya sekolah sebesar itu.

Sementara dirinya tidak mempunyai penghasilan tetap. Untuk makan saja susah, apa lagi membayar biaya yang Lebih mahal dari biaya kuliah itu. Itu sih bukan sekolah untuk orang di dunia, tetapi untuk planet luar yang penghasilannya sangat tinggi.

Sebuah sekolah negeri, mendapatkan akreditasi "A" tetapi sekolahnya amburadul. Bagaimana mungkin? Pikir pak Christo. Sungguh mustahil, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Sebenernya pak Christo mengharapkan orang-orang cerdas dan peduli Pendidikan yang akan bertindak, tetapi nampaknya semua sibuk dengan urusannya masing-masing.

Sebagai seorang tukang kebun, akhirnya pak Christo mengambil inisiatif bagaimana menjadi pionir, tidak peduli dengan latar belakang dirinya yang serba kurang dalam bidang pekerjaan, Pendidikan dan keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun