Di dunia industri otomotif yang kompetitif, satu prinsip utama ditekankan oleh setiap pabrikan: kualitas adalah harga mati. Mereka harus belajar dari pengalaman panjang bahwa sedikit saja konsumen mengeluh, suara mereka harus didengarkan dengan penuh perhatian. Tidak ada tempat bagi keteguhan hati atau ketidak pedulian ataupun ngotot ngeyel.
Jadi kasus chasis eSAF yang viral beberapa waktu ini harus menjadi perhatian serius  Honda, jangan ngeyel. Contohnya saja kasus percakapan dengan salah satu konsumen setia Honda yang komplain, menjadi viral sekarang. Ini bisa di manfaatkan oleh produsen pesaing untuk menjual barangnya agar laku.
Rekaman video yang di unggah oleh akun Motomo Channel (https://www.youtube.com/watch?v=FkL84muNiLQ) itu salah satu contoh kasus dan sebentar saja sudah mendapat perhatian netizen. Ingat, konsumen Honda itu sangat banyak lho dan itu doi dapatkan tidak dengan mudah, perlu perjuangan yang all in agar bisa tercapai seperti itu.
Setiap prestasi yang telah dicapai, seperti penguasaan market share yang besar, dianggap sebagai sebuah aset yang sangat berharga. Namun, pabrikan tahu dengan baik bahwa reputasi mereka dapat terpengaruh oleh suara netizen melalui media sosial. Media sosial dianggap sebagai arena yang kejam di mana berita, baik atau buruk, dapat menyebar dengan cepat dan menciptakan dampak besar dalam hitungan detik.
Pabrikan otomotif modern harus belajar dari kesalahan dan pengalaman masa lalu. Mereka harus membentuk tim khusus untuk memantau setiap perbincangan, keluhan, atau ulasan yang muncul di berbagai platform sosial. Respons cepat dan solusi yang tepat adalah kunci utama yang mereka pegang erat.
Tidak hanya mendengarkan, mereka juga berinteraksi aktif dengan konsumen melalui media sosial. Mereka memberikan penjelasan, mengucapkan terima kasih atas masukan, dan bahkan mengumumkan perbaikan atau inovasi berdasarkan saran dari komunitas online mereka. Mereka harus memahami bahwa interaksi seperti ini tidak hanya membangun kepercayaan, tetapi juga mengubah konsumen menjadi pendukung setia.
Pabrikan harus telah menginternalisasi pemahaman bahwa ketika suara netizen terabaikan, kerugian dapat mengintai. Mereka tahu bahwa dalam dunia yang terhubung saat ini, berita baik atau buruk bisa menyebar dengan cepat di seluruh dunia. Kebijaksanaan mereka dalam merespons suara konsumen telah menjadi sebuah alat kuat untuk mempertahankan dan bahkan memperluas pangsa pasar mereka.
Selain itu, pabrikan harus selalu ingat akan pelajaran berharga bahwa media sosial, sebagaimana kejamnya, juga merupakan ladang untuk membangun citra positif. Dengan keterbukaan, integritas, dan komitmen untuk mendengarkan, mereka telah membuktikan bahwa sukses dalam industri otomotif modern bukan hanya tentang membuat mobil dan sepeda motor berkualitas tinggi, tetapi juga tentang merawat hubungan baik dengan konsumen dan menghormati kekuatan suara netizen.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H