Mereka menyaksikan kejadian tersebut dari belakang dan menyalahkan pengemudi truk yang tiba-tiba keluar dari jalur dan mengancam keselamatanku. Sayangnya, truk tersebut sudah pergi dari tempat kejadian.
Orang-orang yang menolongku memberikan pertolongan dan bertanya apakah saya baik-baik saja dan mampu melanjutkan perjalanan. Saya meyakinkan mereka bahwa saya mampu melanjutkan perjalanan dan mengucapkan terima kasih atas bantuan mereka, walaupun saya harus menahan rasa sakit di tubuhku.
Tanpa putus asa, saya membeli balsem cap Lang untuk meredakan rasa sakit pada bagian tubuh yang memar. Dengan tekad yang kuat, saya melanjutkan perjalananku. Waktu terus berlalu dan akhirnya saya tiba di tempat tujuan pada pukul 7.30 malam.
Tanpa menunggu waktu yang lama, saya langsung melaksanakan sembahyang arwah bersama keluarga yang sedang berkumpul untuk mengenang anggota keluarga yang telah meninggal dunia.
Di tengah kesedihan dan luka fisik yang saya alami, saya berhasil menunjukkan kekuatan dan keteguhanku. Kecelakaan tersebut mengajarkanku pentingnya keselamatan dalam berkendara dan menghargai hidup.
Dalam saat-saat sulit seperti ini, saya memahami arti keluarga yang saling mendukung dan peduli satu sama lain. Meskipun perjalananku penuh liku-liku, saya tiba dengan selamat dan mampu menghadiri acara sembahyang arwah dengan hati yang penuh haru dan penghormatan.
Pengalaman ini akan tetap menjadi bagian dari ingatanku dan menginspirasi saya untuk menghargai setiap momen yang dimiliki dalam hidupku. Pada saat demikian, aku teringat dengan anak dan istriku, hampir saja ayah dan suami mereka pulang tinggal nama. Saya berjanji pada diriku sendiri bahwa saya akan lebih berhati-hati dalam berkendara di masa depan dan menghargai waktu yang dihabiskan bersama keluarga tercinta.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI