Pada tanggal 20 April 2021, saya pergi ke desa tempat tinggal saya, yaitu dalam rangka mengurus keterangan untuk data orang yang perlu mendapatkan bantuan untuk UMKM yang diusulkan melalui Disperindagkop kabupaten atau dinas perindustrian, perdagangan dan koperasi di kabupaten. Saya sudah menghadap Disperindagkop, saran mereka menghadap ke Desa dulu, meminta dibuatkan Surat Keterangan Usaha di sana.
Pada saat menghadap ke desa itu, tanpa sengaja saya berjumpa kawan lama yang pekerjaannya adalah sebagai salah satu pendamping desa kami ini. Sehingga karena sudah bertahun tahun tidak pernah berjumpa dan juga sudah dua kali lebaran saya sudah tidak pernah ke ruamahnya karena salah satunya penyebabnya adalah oleh Pandemi Covid-19 ini, maka kami berdua lalu asyik bercengkerama sambil menunggu Surat Keterangan saya di proses oleh bagian administrasi desa.
Setelah selesai, saya lalu permisi dengan dia dan lalu langsung membawa Surat keterangan itu bersama berkas lainnya seperti Poto saya bersama poto usaha yang dijalankan, potocopy KTP, kartu keluarga yang memang terlebih dahulu sudah saya siapkan sebelum menuju ke Disperindagkop.
Ketika sampai di Disperindagkop, karena berkasnya sudah lengkap maka sebentar saja proses pandaftaran saya selesai, hanya tidak ada bukti pendaftaran sih. Saya nekad ikut mendaftar, karena sampai saat ini kami tidak mendapatkan bantuan, padahal kami sudah beberapa kali mengajukannya sejak dari pertengahan tahun 2020.
Bantuan ini sangat kami butuhkan, karena kami memang kehilangan usaha terdampak Covid-19 sejak awal tahun 2020, selain itu juga kami bukan TNI-Polri, bukan ASN atau pun karyawan BUMN dan BUMD. Sesuai anjuran dari Bu Risma di media sosial, maka kami mendaftar lagi melalui NewDTKS, harapan kami semoga saja kali ini bisa di proses.
Saat sedang duduk-duduk santai sehabis mandi pada sore harinya, sebuah notifikasi pesan WhattsApp masuk ke dalam ponsel saya. Dari DPnya itu adalah nomor kawan saya pendamping desa yang jumpa saya tadi pagi itu.
Pesannya kurang lebih berbunyi begini: Bang, saya baru saja mendapatkan hasil PCR Swab saya, ternyata saya positif. Tadi Abang ada kontak dengan saya, kalau ada merasa gejala-gejala seperti gejala Covid-19 yang sering di posting itu, Abang cepat tes swab saja. Saya sekarang sudah isolasi mandiri di rumah.
Kawan saya ini memang lebih muda sekitar sepuluh tahun dari saya, sehingga dia selalu memanggil saya dengan kata Abang. Saya pun cepat membalas pesan WA-nya, agar dia tenang, jangan lupa berdoa sesuai agama dan keyakinannya, jangan lupa minum suplemen, membuat empon-emponan serta yang paling penting jangan sampai stress. Karena hal itu bisa menurunkan imun tubuhnya. Carilah video-video lucu di Youtube, agar bisa tertawa-tawa.
Meskipun saya pandai menasihati orang lain, tetapi sebenarnya dalam hati saya sempat berdebar juga. Karena tadi pagi itu kami itu bukan hanya kontak, tetapi memang malah sempat selfian segala dan beberapa kali kontak tubuh, meskipun tidak salaman. Cuma memang seingat saya, selalu menyemprotkan diri dengan sanitizer, setiap saya habis menyentuh benda apapun terutama bagian-bagian tubuh seperti jari dan tangan.
Informasi dari kawan ini saya sampaikan kepada isteri dan anak-anak dan mulai detik ini  sampai empat belas hari ke depan kami harus melaksanakan ProKes 5M secara ketat di rumah dan saya akan mengisolasi diri di kamar atas.Â
Jadi segala apapun di rumah itu yang sering di sentuh secara bergiliran seperti handel pintu, saklar lampu, tempat air minum, dll harus selalu diperlakukan dengan mengikuti Prokes, sehingga apapun barang yang saya sentuh selalu di semprot dengan sanitiser. Bahkan WC pun saya pisah dari mereka, karena kebetulan di rumah ada dua WC, jadi satu khusus untuk saya.