Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Sekolah | Dipanggil Anak-Anak, Murid, Pelajar, Siswa atau semuanya Siswa?

16 Juni 2020   16:00 Diperbarui: 16 Juni 2020   20:12 2087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Upacara Bendera | kompas.com

Apalah artinya sebuah nama, kata penyair terkenal Inggris William Shakespeare. Padahal menurut penulis, di dalam hal tertentu sebuah nama itu sangatlah penting, yaitu sebagai pembeda terhadap benda atau individu lainnya. 

Seandainya jika semua kendaraan bermotor di sebut mobil, bagaimana menurut pembaca? Sepeda kumbang atau engkol di sebut mobil, sepeda motor di sebut mobil, mobil di sebut mobil, truk di sebut mobil juga. Bahkan mungkin pesawat terbang juga bisa disebut mobil. 

Atau untuk kendaraan di air kita sebut kapal semuanya meskipun itu perahu bercadik, perahu nelayan, kapal pengangkut, kapal penyeberangan ASDP, kapal Frigat, kapal Perang, dan bahkan Kapal Induk.

Analogi inilah yang terjadi di Indonesia sekarang dalam hal sebutan bagi anak-anak sekolah di setiap jenjang pendidikan, karena anak-anak sekolah di setiap jenjang dipanggil sebagai "siswa". Hanya yang kuliah saja yang tetap disebut "mahasiswa", lebih lengkapnya mahasiswa untuk laki-laki dan mahasiswi untuk yang perempuan. 

Awalnya penulis banyak protes ke mana-mana, tetapi tidak ada yang mempedulikan. Meskipun penulis tetap keukeh dan konsisten dengan pendirian penulis sendiri, terutama dalam hal berbicara dan menulis untuk masing-masing sebutan untuk anak-anak sekolah itu.

Di jaman penulis sekolah dulu, anak-anak yang bersekolah di bangku SD itu disebut "Murid", di bangku SMP disebut "Pelajar", di bangku SLTA di sebut "Siswa" untuk yang laki-lakinya dan "Siswi" untuk yang perempuannya, sementara yang kuliah sama seperti sekarang, disebut "mahasiswa" untuk laki-laki dan "mahasiswi" untuk yang perempuannya.

Sehingga pada waktu itu, jika sedang ada rapat besar di dalam kelas atau pengarahan di lapangan seperti pada upacara bendera, maka para guru akan menyapa secara umum dengan sebutan "murid-muridku sekalian" atau "para muridku sekalian" untuk anak SD. "Para pelajar putera dan puteri sekalian" untuk SMP. "Para siswa dan siswi sekalian" untuk yang SLTA. "Para mahasiswa-mahasiswi sekalian" untuk yang di bangku kuliah.

Sementara pada era ini menurut hemat penulis sangatlah lucu, karena anak-anak sekolah dari TK sampai SLTA semuanya dipanggil dengan sebutan "siswa dan siswi". Anak TK saja dipanggil "siswa dan siswi", padahal mereka cukup dipanggil "anak TK saja".

Kalau menurut penulis, alangkah indahnya jika dikembalikan seperti dulu lagi, yaitu masing-masing punya sebutan tersendiri sebagai pembeda, "anak-anak TK" untuk Taman Kanak-Kanak, "Murid" untuk Sekolah Dasar, "Pelajar" untuk SMP, "Siswa dan Siswi" untuk yang SLTA, dan tetap "Mahasiswa-Mahasiswi" untuk yang kuliah. Bahkan sebenarnya untuk S2 dan S3 ada sebutan khusus seperti "mahasiswa pasca sarjana" dan "mahasiswa doktoral".

Hal ini juga perlu bantuan media untuk mensosialisasikannya ke khalayak ramai, terutama media-media yang pemirsanya banyak, seperti media televisi, media cetak dan media online dan media khusus lainnya seperti Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun