Seorang pemuda kampung di bawa kawannya ke kota provinsi, karena kawannya mau menjual kayu gaharu yang diperolehnya dari dalam hutan. Dia memang seorang pemuda yang lugu dan belum pernah ke ibu kota Provinsi. Jarak dari kampung mereka ke kota gubernur itu kurang lebih 465 km, yang di tempuh selama kurang lebih 12 jam dengan naik bis karena jalannya jelek.
Mereka menginap di sebuah hotel bintang 3. Beberapa kali si pemuda menabrak pintu kaca ketika di bawa kawannya ke pasar moderen. Bahkan ketika naik eskalator saja dia kebingungan, sehingga beberapa kali batal ketika kakinya sudah mau menginjak tangga berjalan itu.
Suatu malam, kawannya mengajak dia makan di sebuah restoran Cina. Makanan dihidangkan satu meja penuh. Mereka menikmati berbagai macam hidangan itu sepuasnya, karena banyak menu yang seumur hidup baru dirasakannya sekarang. Setelah makan, kawannya memesan bir hitam. Gelas bersisik mereka berdua beberapa kali di isi penuh, beberapa botol sudah dihabiskan. Setelah puas, keduanya lalu pulang ke hotel. Si pemuda lugu selalu teringat akan nikmatnya minuman bir hitamnya tadi. Sampai terbawa ke alam mimpi.
Ketika tiba waktunya, si pemuda pulang kampung duluan, karena kawannya masih ada urusan. Dia dipesankan tiket bis dan diberikan uang untuk bekal dalam perjalanan. Malam harinya, dia sampai di kota kabupaten yang jaraknya masih 100-an kilometer lagi dari kampungnya. Karena kelaparan, dia masuk ke dalam sebuah warung milik orang Tionghoa. Di dalam warung cukup ramai pengunjung.
Dia memesan satu porsi nasi, satu porsi sayur capcai, satu porsi ayam goreng tepung, dan satu porsi sayur cah kangkung. Kurang lebih setengah jam kemudian, semua makanan siap. Si pemudapun menyantapnya dengan perlahan, karena sayur-sayurannya masih panas. Tetapi karena lapar dan dasar orang pedalaman yang memang terbiasa menyantap makanan panas, setengah jam kemudian semuanya ludes, termasuk tulang-tulang ayam goreng tepungnya.
Karena masih kekenyangan, dia tidak segera beranjak dari warung itu. Matanya melirik kemana-mana, entah bagaimana matanya tanpa sengaja melihat banyak botol kecap manis yang memang biasanya banyak dipajang di warung makan. Itu minuman yang enak kayak kemarin tu, pikirnya.
'Ambilkan saya itu." Perintahnya kepada penjaga.
"Ini, Pak?"
"Ya. Betul"
"Ini kecap, Bapak." Jelas penjaga warung.
"Saya Tahu." Jawab si Pemuda itu sok pintar. Yang ada dalam benaknya adalah betapa nikmatnya minuman itu. "Ambilkan botol yang paling besar."
