Pada saat Belanda masih menjajah Indonesia, di sebuah daerah di Kalimantan Barat, tersebutlah kisah tentang sepasang suami isteri yang baru saja menikah. Pasangan muda ini tinggal di rumah sendiri, agak terpisah dari rumah penduduk yang lainnya.
Sang suami punya hobby berburu ke dalam hutan dan sering meninggalkan isterinya sendiri di rumah. Suami ini sering agak jauh malam baru pulang dari kegiatan berburunya itu.
Suami muda ini mempunyai seorang saudara laki-laki muda yang masih tanggung, yang secara kebetulan masih tinggal satu kampung dengan mereka, hanya saja di tempat orang tua dari si suami.
Ketika sore hari, sang isteri masak, mencuci, dan mandi dibagian belakang rumah. Tempatnya masih menyatu dengan rumah induk, hanya tempat mandi ini terbuat dari kayu besi khas Kalimantan yang tahan basah sampai ribuan tahun. Sang suami sengaja mengalirkan air kedalam rumah dengan sebuah pancuran bambu, sehingga sang isteri aman mandi di dalam rumah selama dia tinggalkan.
Awalnya kehidupan mereka berjalan seperti selayaknya kehidupan orang kampung di situ. Padi-pagi sudah beraktifitas sampai siang dan sore hari, setelah itu baru pulang ke rumah. Namun beberapa bulan kemudian, sesuatu yang tidak diharapkan pun menimpa keluarga muda ini. Peristiwa ini terjadi setiap sore hari, yaitu adik iparnya datang untuk melihat dia mandi, tetapi setelah itu tanpa sepatah katapun lalu pergi. Tetapi tentu saja hal ini membuat sang isteri jadi jengah. Tiap kali dia menegur kelakuannya, sang adik ipar diam saja tidak berkata apa-apa.
Si isteri ini agak jengkel dengan kelakuan adik iparnya ini, karena hal itu dilakukannya setiap sore ketika suaminya belum pulang ke rumah dari berburu. Tetapi yang membuat sang isteri keheranan adalah bagaimana dia bisa membuka jendela dan pintu rumah, padahal selalu dikuncinya.
Awalnya sang isterinya masih mampu menahan amarahnya oleh ulah adik iparnya itu. Tetapi lama kelamaan, dia akhirnya semakin jengkel dan tidak tahan lagi. Tetapi sayangnya, dia belum berani menceritakan semuanya kepada suaminya, karena takut menganggu hubungan adik suaminya itu dengan suaminya. Dia juga tidak tahu bagaimana tanggapan suaminya, apakah percaya atau tidak.
Sehingga hal ini membuatnya jengkel sendiri, tetapi akibatnya mempengaruhi hubungan dia dengan suaminya. Sering kali ketika suaminya pulang, dia cemberut dan jarang bicara. Sehingga membuat suaminya penasaran. Sebagai pengantin baru, tentu saja suaminya khawatir akan sikap isterinya ini. Apa mungkin ada hal yang membuat isterinya tidak senang dan marah.
Suatu saat, sang suami tidak sabar lagi dengan sikap isterinya, sehingga hari itu dia tidak pergi berburu. Sepanjang hari dia di rumah saja dan setiap jeda beberapa waktu dia selalu menanyakannya isterinya.
Isterinya tidak mau menceritakan apapun pada mulanya, tetapi karena sang suami selalu berkata-kata dengan lemah lembut dan berjanji tidak akan marah tentang apapun yang akan diceritakan isterinya, maka akhirnya sang isteri bercerita meskipun masih dalam keadaan takut-takut.
Sang suami sangat tercengang mendengar cerita isterinya perihal adiknya selalu mengganggu dirinya. Mau rasanya dia saat itu juga dia melabrak adiknya itu, tetapi emosinya masih mampu di tahan. Dia terdiam sejenak. Kalau dia tidak memarahi adiknya, nanti isterinya merasa tidak diperdulikan. Kalau dia pergi memarahi adiknya itu, khawatir hubungan mereka yang menjadi tidak baik. Betul-betul buah simalakama.