KANJENG nabi Muhammad saw. menunjukkan perilaku unik dan mengagumkan dalam segala sisi hidupnya yang beragam untuk mengukir dalam sejarah kehidupan ummat manusia . Dalam setiap jenak hidup, Muhammad saw. menjadi teladan mulya dan figur yang mengesankan untuk seluruh mahluk. Nabi Muhammad saw. bukan hanya sebagai politikus (tata negara). Bukan sekedar panglima perang belaka. Bukan reformis sosial masyarakat saja. Bukan juga sekedar tokoh yang sisi manusiawinya menakjubkan. Ternyata semua sisi itu menyatu dalam pribadi Nabi Muhammad saw. yang sempurna. Tidak ada satu orang pun yang bisa menyamai ketinggian akhlaknya. Tidak ada yang bisa menyamai kemulyaan kepribadiannya... Tidak pandang Bulu baik itu dari keluarganya Beliau / orang lain beliau memperlakukan sama .. dengan cinta kasih & penghormatan yang sempurna
Kepribadian Nabi Muhammad saw. adalah insan yang memiliki sisi empati dan peduli sangat tinggi. Sisi empati dan peduli ini meliputi siapa saja yang ada di sekitanya,, orang dekatnya, sahabatnya, keluarganya, putra-putranya, bahkan terhadap para musuh. Tidak hanya sampai di situ, Nabi Muhammad saw. berlaku sangat manusiawi terhadap hewan sekali pun.
Pertama, Sisi Manusiawi Nabi Muhammad Terhadap Sahabat-Sahabatnya
Nabi Muhammad saw. sangat mencintai sahabat-sahabatnya... Nabi Muhammad saw. Selalu menunjukkan kasih sayang kepada mereka tanpa memandang rendah & merasa paling mulia di antara hamba-hambanya Nabi Muhammad saw. memanggil mereka dengan panggilan yang sangat mereka sukai oleh masing-masing sahabat ,Nabi Muhammad saw selalu sigap memberi pelayanan kepada mereka. Bahkan Nabi Muhammad saw berusaha menjadikan sahabatnya selalu bisa beristirahat ... Sosok pemimpin yang mengedepankan kedamaian mengalahkan musuh-musuhnya bukan dengan perang Namun selalu dengan Cinta & kepercayaan kepada ALLOH ... berperang Bukan Untuk AGAMA namun Untuk Tegaknya KeADILAN untuk setiap pemeluk Agama namun perjuangan Beliau selalu mendapatkan Fitnah Dari pihak-pihak yang tidak bersepaham Dengan beliau ...
Nabi Muhammad Saw selalu mendahulukan sahabat-sahabat beliau .
Diriwayatkan dari Anas bin Malik berkata, “Rasulullah saw memberi minum kepada para sahabatnya Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah saw hendaknya Engkau meminum terlebih dahulu? Rasulullah saw Menjawab: “Pemberi minum suatu kaum, Beliau sendiri paling akhir meminum”
Nabi Muhammad saw. sangat tidak suka ada sahabatnya yang memposisikan dirinya sebagaimana penguasa seperti kekaisaran Romawi dan raja Persia sosok pemimpin yang haus akan kehormatan & kedudukan serta tamak akan duniawi, Para pengikut kedua penguasa itu memuja dan mengagungkan keduanya sangat berlebihan sedang beliau sangat sederhana ... dan selalu menyamaratakan dengan kedudukan bersaudara.
di riwayatkan dari sahabat Suatu ketika ada seseorang masuk menemui Nabi Muhammad saw, tiba-tiba ia merasa merinding dihadapan keagungan Nabi Muhammad saw. Maka nabi Muhammad saw berkata kepadanya: “Tenangkan dirimu, saya bukanlah seperti raja wahai saudaraku Saya adalah putra dari seorang perempuan Quraisy yang juga memakan Qadid serta tidak mempunyai kelebihan apa-apa ” Itulah salah satu keAgungan akhlaq beliau ... Cermin Yang bersih dari Noda Namun banyak sekali yang telah berusaha menodai kesucian cermin beliau .
Rosulululloh selalu Rindu akan Sahabat-sahabatnya
Beliu selalu bertanya kabar sahabatnya dan memeriksa kondisi mereka Nabi Muhammad saw selalu mengundang mereka Jika ada sahabat yang tidak kelihatan Hadir, Nabi Muhammad saw selalu membesuk sahabat - sahabat yang sakit , serta Mengantar dan mensholatkan Sahabat - sahabat yang meninggal ... menghormati Jasa-jasa sahabat Yang berjuang Di jalan Alloh Swt.
riwayat yang di tulis Ibnu Umar Ra.
ابن عمر - رضي الله عنهما - كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا صلى الغداة أقبل عليهم بوجهه فقال: هل فيكم مريضا فأعوده ؟ فإن قالوا: لا؛ قال: هل فيكم جنازة أتبعها ؟ فإن قالوا: لا؛ قال: من رأى منكم رؤيا فليقصها علينا ؟!).
Dari Ibnu Umar ra, berkata: “Rasulullah saw. Jika shalat subuh, beliau menghadapkan tubuh dan kepalanya ke jama’ah.. Rasulullah saw bertanya?? “Wahai saudaraku Adakah di antara sahabat yang sakit, sehingga saya akan menjenguknya? Jika sahabat menjawab, “Tidak ada” Maka Rasulullah saw. bertanya lagi, adakah di antara kalian yang meninggal sehingga saya akan mengantarnya? Jika mereka menjawab " tidak ada" Rasulullah saw. bertanya, “Siapa di antara kalian yang mempunyai keinginan, maka ceritakanlah kepadaku ?!” Semoga aku bisa memohonkan Keinginan Sahabat-sahabatku kepada Alloh Swt.
Cinta Rosululloh saw ?? kepada sahabat-sahabatnya sungguh sangat besar ... Kasih sayang Nabi Muhammad saw sungguh sangat luas diberikan kepada mereka ... Sampai-sampai Nabi Muhammad saw mencurahkan segala pikiran,tenaga dan kepeduliannya untuk mereka serta Untuk tegaknya Islam ,
Nabi Muhammad saw bersedih hati, mengalir air matanya dan tersayat hatinya jika mendengar ada sahabatnya yang menderita / kekurangan ...
ففي رواية ابن عمر - رضي الله عنهما - (قال اشتكى سعد بن عبادة شكوى له فأتاه النبي صلى الله عليه وسلم يعوده مع عبد الرحمن بن عوف، وسعد بن أبي وقاص وعبد الله بن مسعود؛ فلما دخل عليه فوجده في غاشية أهله قال: قد قُضي - أي مات - ؟ قالوا: لا يا رسول الله؛ فبكى النبي صلى الله عليه وسلم فلما رأى القوم بكاء النبي بكوا، فقال: ألا تسمعون؟ إن الله لا يعذب بدمع العين، ولا بحزن القلب؛ ولكن يعذب بهذا وأشار بيده إلى لسانه).
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra bercerita ?? “Suatu hari Sa’ad bin Ubadah mengadu kepada Rasulullah saw kalo ada sahabat yang berduka, maka Rasulullah saw langsung membesuk kerumahnya bersama Abdur Rahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdullah bin Mas’ud, Ketika Rasulullah saw,,masuk ke dalam rumahnya, Rasulullah saw,melihat Sa’ad bin Ubadah dalam kondisi sangat sedih. Rasulullah saw. bertanya, Apakah sudah dipanggil Allah? Sahabat menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah saw, Maka Rasulullah saw. menangis ...Ketika para sahabat melihat Rasulullah saw.. menangis, mereka menangis juga. Maka Rasulullah saw,, bersabda, “Bukankah kalian mendengar ??? Bahwa Allah tidak mengadzab air mata yang mengalir, hati yang sedih Akan tetapi Allah mengadzab ini, sambil beliau mengisyarakatnya pada lisannya”
Masa Kecil Nabi Muhammad SAW
Sudah menjadi kebiasaan bangsawan-bangsawan Arab di Mekah bahwa anak yang baru lahir disusukan kepada salah seorang Keluarga Sa’d. Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Aminah menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya, Abu Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah yang juga kemudian disusukannya. Jadi mereka adalah saudara susuan. Thuwaiba hanya beberapa hari saja menyusukan.
Akhirnya datang juga wanita-wanita Keluarga Sa’d yang akan menyusukan itu ke Mekah. Mereka memang mencari bayi yang akan mereka susukan. Akan tetapi mereka menghindari anak-anak yatim, karena mereka mengharapkan upah yang lebih. Sedang dari anak-anak yatim sedikit sekali yang dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di antara mereka itu tak ada yang mau mendatangi Nabi Muhammad. Salah seorang dari mereka, Halimah bint Abi-Dhua’ib, ternyata tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Setelah mereka akan meninggalkan Mekah, Halimah memutuskan untuk mengambil nabi Muhammad. Dia bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu ia merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya. Selama dua tahun Muhammad tinggal di sahara, disusukan oleh Halimah dan diasuh oleh Syaima’, puterinya. Udara sahara dan kehidupan pedalaman yang kasar menyebabkannya cepat sekali menjadi besar, dan menambah indah bentuk dan pertumbuhan badannya.
Setelah cukup dua tahun dan tiba masanya disapih, Halimah membawa anak itu kepada ibunya dan sesudah itu membawanya kembali ke pedalaman. Hal ini dilakukan karena kehendak ibunya, kata sebuah keterangan, dan keterangan lain mengatakan karena kehendak Halimah sendiri. Ia dibawa kembali supaya lebih matang, juga memang dikuatirkan dari adanya serangan wabah Mekah. Dua tahun lagi anak itu tinggal di sahara, menikmati udara pedalaman yang jernih dan bebas, tidak terikat oleh sesuatu ikatan jiwa, juga tidak oleh ikatan materi.
Pada masa itu, sebelum usianya mencapai tiga tahun, ketika itulah terjadi cerita yang banyak dikisahkan orang. Yakni, bahwa sementara ia dengan saudaranya yang sebaya sesama anak-anak itu sedang berada di belakang rumah di luar pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa’d itu kembali pulang sambil berlari, dan berkata kepada ibu-bapanya: “Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan, perutnya dibedah, sambil di balik-balikan.” Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan, bahwa mengenai diri dan suaminya ia berkata: “Lalu saya pergi dengan ayahnya ke tempat itu. Kami jumpai dia sedang berdiri...Mukanya pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami tanyakan: “Kenapa kau, nak?” Dia menjawab: “Aku didatangi oleh dua orang laki-laki berpakaian putih .yang tak lain "Malaikat Jibril" Aku di baringkan, lalu perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu aku apa yang mereka cari.”
Keluarga itu kemudian ketakutan, kalau-kalau terjadi sesuatu pada anak itu Sesudah itu, dibawanya anak itu kembali kepada ibunya di Mekah. Atas peristiwa ini Ibn Ishaq membawa sebuah Hadis Nabi sesudah kenabiannya... Dalam riwayat yang diceritakan Ibn Ishaq, dikatakan bahwa sebab dikembalikannya kepada ibunya bukan karena cerita adanya dua malaikat itu, melainkan ada beberapa orang Nasrani Abisinia memperhatikan Nabi Muhammad dan menanyakan kepada Halimah tentang anak itu. Dilihatnya belakang anak itu, lalu mereka berkata: “Biarlah kami bawa anak ini kepada raja kami di negeri kami. Anak ini akan menjadi orang penting. Kamilah yang mengetahui keadaannya.” Halimah lalu cepat-cepat menghindarkan diri dari mereka dengan membawa anak itu.
Lima tahun masa yang ditempuhnya itu telah memberikan kenangan yang indah sekali dan kekal dalam jiwanya. Demikian juga Ibu Halimah dan keluarganya tempat dia menumpahkan rasa kasih sayang dan hormat selama hidupnya itu. Penduduk daerah itu pernah mengalami suatu masa paceklik sesudah perkawinan Nabi Muhammad dengan Saiyidah Siti Khadijah. Bila mana Siti Halimah kemudian mengunjunginya, sepulangnya ia dibekali dengan harta Khadijah berupa unta yang dimuati air dan empat puluh ekor kambing. Dan setiap dia datang dibentangkannya pakaiannya yang paling berharga untuk tempat duduk Ibu Halimah sebagai tanda penghormatan beliau kepada Ibu asuhnya. Ketika Syaima, puterinya berada di bawah tawanan bersama-sama pihak Hawazin setelah Ta’if dikepung, kemudian dibawa kepada nabi Muhammad, ia segera mengenalnya. Ia dihormati dan dikembalikan kepada keluarganya sesuai dengan keinginan wanita itu ... begitulah wibawanya beliau ...
Kemudian Abd’l-Muttalib yang bertindak mengasuh cucunya itu. Ia memeliharanya sungguh-sungguh dan mencurahkan segala kasih-sayangnya kepada cucu ini. Biasanya buat orang tua itu – pemimpin seluruh Quraisy dan pemimpin Mekah – diletakkannya hamparan tempat dia duduk di bawah naungan Ka’bah, dan anak-anaknya lalu duduk pula sekeliling hamparan itu sebagai penghormatan kepada orang tua. Tetapi apabila Nabi Muhammad yang datang maka didudukkannya ia di sampingnya diatas hamparan itu sambil ia mengelus-ngelus punggungnya. Melihat betapa besarnya rasa cintanya itu paman-paman Nabi Muhammad tidak mau membiarkannya di belakang dari tempat mereka duduk itu.
Sisi Manusiawi Yang Seimbang
Kecintaan dan kasih sayang Nabi Muhammad saw, terhadap para sahabatnya tidak menjadikan beliau diam Jika melihat kesalahan, tidak langsung menhakimi / menegakkan kebenaran, dan tidak melaksanakan putusan qishas secara adil bagi mereka namun mengambil hikmah pelajaran dari setiap kesalahan-kesalahan serta memohon ampunkan kepada alloh atas dosa yang di lakukan oleh sahaba-sahabat ,,, Yaa saiyidina Muhammad saw manusia yang seimbang, beliau mengikat perasaan dan jiwanya dengan akal sehat dan kebenaran Mutlaq yang bersandar kepada keputusan Alloh semata ..
Inilah metode seimbang yang lazim bagi Nabi Muhammad saw... Biarpun perlakuan itu terhadap anggota keluarganya (ahlul bait) Sungguh Nabi Muhammad saw mencurahkan cintanya kepada istri-istrinya, Mencurahkan perhatian dan kehalusan perasaan terhadap mereka agar selalu menhormati seluruh sahabat ummat islam .Namun Rosululloh saw tidak membiarkan cintanya kepada salah satu diantara istri-istrinya & menjadikan Nabi Muhammad saw membenarkan permusuhan dan perilaku melampaui batas (pilih kasih)
تقول عائشة - رضي الله عنها - « ما رأيت صانعة طعام مثل صفية بنت حي أهدت إلى النبي إناء فيه طعام وهو عندي” تعني النبي” فما ملكت نفسي أن كسرته فقلت: يا رسول الله ما كفارته؟ قال إناء بإناء وطعام بطعام».
Siti Aisyah menjelasakan “Saya tidak melihat ada yang lebih baik masakannya, seperti Shafiyyah binti Hayyi. Shofiyyah menyuguhkan makanan kepada Muhamamd saw di rumah saya Melihat itu saya cemburu, tidak bisa menahan diri sehingga saya pecahkan piring itu,,Maka saya menyesal dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apa balasan / hukuman perilaku saya ini??? Nabi Muhammad saw Menjawab, “Makanan dibalas makanan, piring dibalas piring.”
Kedua, Sisi Manusiawi Nabi Muhammad Terhadap Istri-Istrinya
Nabi Muhammad saw Berlimpah cinta terhadap istri-istrinya dan berdekat-dekat dengan mereka. Nabi Muhammad saw melaksanakan apa saja yang menjadikan penguat ikatan di antara mereka menjadi lebih kuat agar selalu terjaga tali persatuannya ..
Adalah Aisyah ketika minum air gelas, maka Rosululloh saw. meminum di gelas tadi persis dibagian yang sama Aisyah minum. Nabi Muhammad saw memberlakukan mereka dengan perlakuan sisi manusiawinya, yang difitrahkan oleh Allah Swt , Rosululloh saw tidak pernah memaksakan diri dan membuat-buat agar di takuti / di hormati , semua bersifat apa adanya dan selalu mengambil hukum atas nama Alloh Swt Bukan atas kehendak beliau sendiri .
Inilah sisi rahasia keagungan Rosululloh saw serta inilah titik tolak keteladanan sirah annubuwwahnya Muhammad saw, Beliau berada di masjid membaca Al Qur’an sedangkan kepalanya di julurkan ke kamarnya ... Di saat Istri beliau sedang haidh
Aisyah sedang haidh, maka Rosululloh saw. memerintahkannya untuk memakai selendang, kemudian beliau melanjutkan bertelekan pada diri Aisyah.
Rosululloh saw. mencium Aisyah, padahal beliau dalam kondisi shaum.
Dan di antara sikap lembut beliau, ketika Asiyah menyandarkan dagunya di pundak Nabi saw. sehingga Aisyah melihat permainan perang orang-orang Habasyah di masjid