Ketahanan pangan yang sedang didengungkan oleh pemerintah dalam beberapa tahun ini dapat dikatakan sebagai semangat yang positif, yang kelak akan menghantarkan Indonesia kepada swasembada bahan pangan. Beberapa langkah mulai diambil pemerintah untuk mewujudkan semboyan Presiden pertama Indonesia, "Pertanian adalah hidup matinya suatu bangsa". Kedelai sebagai salah satu bahan pangan yang diminati masyarakat Indonesia sebagai sumber protein nabati, masih sangat tergantung kepada negara importir, ketersediaannya. Indonesia sangat rapuh terhadap ketersediaan kedelai namun ini hanya menjadi kesadaran tanpa solusi. Petinggi-petinggi negeri yang bertanggung jawab di bidang pertanian ogah-ogahan dan di bidang perdagangan sedang asyiknya bercumbu dengan importir. Tahukah Anda, bahwa tidak satu rupiah pun anggaran pertanian yang dianggarkan untuk biaya impor bahan pangan? Kalau itu benar, siapa yang mengimpor bahan pangan demikian derasnya hingga berpuluh-puluh kapal besar berlabuh di pelabuhan tanjung priok? Swasta, jawab kementerian pertanian. Yang mengimpor adalah swasta atas kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Bila terus mengimpor, kapan negeri ini akan swasembada?
Satu hal saja, negeri ini tidak kurang lahan, teknologi dan varietas untuk mewujudkan swasembada bahan pangan. Ambil saja teknologi budidaya jenuh air dengan menggunakan varietas tanggamus (potensial 4,8 t/ha) di lahan pasang surut. Tinggal sekarang adalah penjaminan harga dan perlindungan petani terhadap impor. Swasembada bukan tidak pernah kita capai di masa lampau. Jadi  frasa swasembada pangan bukan mimpi belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H