Adalah hal yang tiada habisnya jika kita mengkaji perihal peninggalan budaya maupun fosil yang ditemukan di Situs Sangiran. Hal ini dikarenakan Kubah Sangiran sendiri merupakan area dengan fosil peninggalan masa Kuarter terkaya di lingkup Asia Tenggara (Puspaningrum, 2011).Â
Yang mana diantara keempat lapisan formasi batuannya yang terdiri dari Formasi Puren (Formasi Kalibeng), Formasi Sangiran (Formasi Pucangan), Formasi Bapang (Formasi Kabuh), dan Formasi Pohjajar (Formasi Notopuro), maka pada Formasi Bapang atau Formasi Kabuh itulah ditemukan berbagai fosil Hominiae, vertebrata dan hasil budaya (artefak).Â
Formasi Kabuh terbentuk sejak awal Kala Plestosen Tengah yang berlangsung sejak kurun waktu 730.000-250.000 tahun yang lalu. Pada masa ini Sangiran berbentuk padang sabana yang subur dengan iklim tropis yang lembab, sehingga menjadi tempat hidup yang menyenangkan bagi berbagai organisme termasuk manusia pada kala itu.Â
Penemuan fosil-fosil Hominid pada area Kabuh ini menjadi sangat penting bagi perkembangan penelitian sejarah, sebab menjadi salah satu gerbang pembuka tabir yang paling utama dalam penjelasan evolusi manusia, khususnya adalah fosil Homo erectus yang dianggap sebagai "The Missing Link" atau Mata Rantai yang Hilang.Â
Dianggap demikian karena penemuan fosil Homo erectus atau Pithecanthropus erectus di Trinil, Ngawi pada 1891 oleh Eugene Dubois ini menjadi 'bukti' atau 'penguat' atas teori Charles Darwin yang menghubungkan perkembangan kehidupan manusia dan juga kera yang dianggap berevolusi dari satu nenek moyang yang sama.Â
Mengapa hal ini bisa saling berkait? Sebab fosil tersebut menjembatani evolusi antara pra-human dan human yang tentunya bukti ini didukung oleh struktur tengkorak dari fosil Homo erectus yang merupakan perpaduan atas struktur tengkorak kera dan juga manusia, sehingga dianggap sebagai bukti kuat atas Teori Evolusi Darwin.
Nah, siapakah sebenarnya sosok Homo erectus yang sudah disinggung sejak awal pembahasan ini? Homo erectus merupakan Hominid pertama yang menyebar secara luas keluar wilayah Afrika dan mengembangkan berbagai ras di wilayah persebarannya (Mayr, 2010, hlm. 329).Â
Homo erectus dianggap sebagai kerabat dekat dari manusia modern dan merupakan spesies manusia pertama yang diketahui dapat berjalan dengan tegak.Â
Spesies ini tidak banyak berubah selama kurang lebih 1 juta tahun dan mereka mengembangkan kebudayaannya sejak penggunaan alat-alat batu sederhana hingga yang lebih modern untuk kebutuhan hidup sehari-hari.Â