Mohon tunggu...
Mentari Pagi
Mentari Pagi Mohon Tunggu... -

Kadang cuma diujung pena, kita bisa jadi siapa saja. Seringkali hanya di ujung jari, kita bisa jujur jadi diri sendiri. Numpang sembunyi, senang ketemu anda semua di sini :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pria yang Berdoa

16 Agustus 2012   01:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:42 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masih pagi di kota Yogyakarta. Seperti biasa, aku mengawali hari dengan mencari sarapan. Setiap pagi, perutku harus diisi nasi kalau tidak perutku akan bergejolak sepanjang hari. Dan hari ini aku sedang tidak ingin mengurusi pemberontakkan naga-naga yang tinggal di dalam sana.

Aku masuk ke warung makan tempat aku biasa sarapan. Jariku menyusuri menu, ayam bakar, nila bakar, sup, nasi goreng. Pilihanku jatuh pada nasi goreng, sarapan yang berat dan berkarbohidrat, dan kopi tentu saja. Aku duduk menunggu pesananku diantar.

Seorang pria masuk ke dalam warung. Dia berpakaian rapi, semestinya dia juga berbau wangi tapi baunya sudah ditandingi harum bawang yang digoreng di wajan. Dia duduk di meja panjang yang sebaris denganku, biarpun di warung itu masih banyak meja kosong di sana-sini. Aku tersenyum, seperti dapat teman untuk sarapan, gumamku dalam hati.

Pesananku datang, aku mulai makan. Satu, dua, di suapan ke tiga pesanannya datang. Mataku membelalak menatap tiga piring yang diletakkan di atas meja. Satu piring nasi, satu piring lauk, dan satu piring sayur. Sarapanku kalah berat sekarang, kalah telak.

Dia berjalan ke tempat cuci tangan. Lalu dia duduk, dia tidak segera makan, dia melipat tangan dan menundukkan kepala. Dia berdoa? Aku yang sedari tadi melihatnya dengan sudut mata otomatis menengok. Aku berhenti makan, ikut-ikutan melipat tangan dan menundukkan kepala, mengucapkan sebaris doa syukur atas pemeliharaanNya.

Laki-laki yang berdoa, pemandangan indah yang luar biasa.

Kekuatan seorang manusia terletak dalam tunduk dan diamnya, ketika dia menaikkan doa-doa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun