Danau Toba merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang memiliki pesona menakjubkan. Selain karena keindahan alamnya yang memanjakan mata, Danau Toba juga mempunyai sejarah dari segi tradisi dan budaya, mengenai asal usul terbentuknya Danau Toba ini. Ukuran danau Toba seluas 1.145 kilometer persegi, oleh karena itu, Danau Toba ditempatkan sebagai danau terluas di Asia Tenggara dan danau vulkanik terbesar (danau yang terbentuk akibat letusan gunung berapi) terbesar di dunia.
Namun, pesona yang menakjubkan ini ternyata adalah pedang bermata 2 bagi keberlangsungan ekosistem di Danau Toba ini. Belakangan, Danau Toba kian menunjukkan penurunan kualitas air. Hal ini disebabkan oleh limbah-limbah dari domestik atau rumah tangga yang terdiri dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kaskus dan dapur. Banyaknya turis yang silih berganti bertangan menyebabkan melonjaknya volume limbah yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan menyebabkan bertambahnya bahan pencemar di Danau Toba. Bahan pencemar dalam perairan dapat memberikan dua pengaruh terhadap organisme perairan, yaitu dapat membunuh spesies tertentu dan sebaliknya dapat mendukung perkembangan spesies lainsehingga terjadi pergeseran populasi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemantauan kualitas air yang dapat dilakukan dengan proses biomonitoring.
Biomonitoring ini dilakukan dengan memantau respon biologis organisme indicator yang hidup di danau untuk mengontrol dan menilai perubahan kualitas lingkungan secara berulang. Organisme ini keberadaannya atau perilakunya di alam berhubungan dengan kondisi lingkungan, apabila terjadi perubahan kualitas air maka akan berpengaruh terhadap keberadaaan dan perilaku organisme tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai penunjuk kualitas lingkungan.
Makroinvertebrata air dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas lingkungan perairan karena makroinvertebrata air cukup sensitif terhadap perubahan lingkungan. Selain itu dengan mobilitas yang terbatas, hewan tersebut cukup stabil dalam menunjukkan kondisi suatu lingkungan perairan tempat hidupnya. Oleh karena itu keberadaan makroinvertebrata dapat membantu untuk menunjukkan ada tidaknya polusi maupun degradasi kualitas lingkungan perairan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat kita ketahui pencemaran di danau vulkanik tektonik itu cukup parah. Salah satunya karena kehadiran Keramba Jaring Apung (KJA) yang sudah melewati daya tampung. Di Harsnggaol, akibat banyaknya KJA dengan kepadatan tinggi sekitar 1.000 KJA per 300300 meter, air sudah tidak dapat dikonsumsi. Kemudian di Parapat, Silalahi, dengan kepadatan KJA tinggi dan status kualitas air hipertrofik (paling rusak). Pencemaran ini, berada kedalaman sampai 20 meter, (pada 20-30 meter, kondisi air oligotrofik/baik).
Selain itu, terjadi pula perubahan kejernihan air dimana pada 1930 dilaporkan berkisar antara 7,5-11,5 m, berubah menjadi 6 m pada 2014. Perubahan ini mengisyaratkan bahwa perairan Danau Toba menjadi semakin keruh.Kekeruhan air berhubungan erat dengan organic tersuspensi dan terlarut, yang untuk mendekomposisinya memerlukan oksigen terlarut (DO). Penggunaan DO untuk dekomposisi tersebutlah yang menyebabkan terjadinya perubahan DO Danau Toba dari waktu ke waktu. Saat ini konsentrasi DO di kedalaman >150 m tercatat di bawah 0.5 mg/l padahal pada 1929 DO di kedalaman tersebut dilaporkan antara 5.35-5.40 mg/l.
Salah satu biomonitoring yang dapat kita lihat langsung adalah suburnya pertumbuhan enceng gondok di danau toba. Enceng gondok menyebabkan menurunnya jumlah oksigen dalam air yang menyebabkan banyaknya ikan mati karena tidak mendapat suplai oksigen yang cukup. Penurunan oksigen terlarut (DO), peningkatan konsentrasi H2S dan Amoniak jelas mengganggu kehidupan biota perairan, termasuk ikan; sedangkan peningkatan nutrien (eutrofikasi) dapat memicu terjadinya algae-bloom (ledakan populasi alga) dan kematian ikan secara massal.
Oleh karena itu, perlu dilakukannya monitoring berkala secara biologi untuk memantau kondisi perairan Danau Toba, sebab kebutuhan air masyarakat yang tinggal didaerah pesisir Danau toba berasal dari danau itu sendiri. Apabila air Danau Toba tercemar lebih parah dan tidak layak digunakan lagi, kemana mereka harus mencari air bersih?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI