Bandung, 15 Desember 2024 -- Belakangan ini, keluhan mengenai beban kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) yang dirasakan terlalu berat mulai mencuat dari kalangan siswa dan guru di berbagai daerah. Banyak yang merasa bahwa materi yang diajarkan dalam mata pelajaran ini terlalu padat, sulit dipahami, dan terlalu menantang bagi sebagian besar siswa. Keluhan ini menjadi isu hangat yang perlu perhatian serius, mengingat pentingnya mata pelajaran PKN dalam membentuk karakter bangsa yang berkualitas.
Beban Kurikulum yang Berat: Apa yang Membuat PKN Menjadi Tantangan?
Sejak diberlakukannya Kurikulum Merdeka pada tahun 2022, materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di berbagai tingkat pendidikan mengalami sejumlah perubahan yang signifikan. Tujuan dari perubahan ini adalah untuk membuat materi pelajaran lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari serta lebih mudah diterapkan oleh siswa dalam konteks sosial dan politik yang berkembang. Meskipun demikian, perubahan tersebut ternyata menimbulkan tantangan baru. Banyak siswa dan guru merasa bahwa materi yang diajarkan kini terasa semakin berat dan sulit dipahami dibandingkan dengan sebelumnya.
Sebagian siswa SD yang diwawancarai mengungkapkan keluhan mereka terkait banyaknya topik yang harus dipelajari dalam waktu yang terbatas. Materi yang diajarkan mencakup berbagai hal yang kompleks, seperti teori-teori politik, sistem pemerintahan, hak dan kewajiban sebagai warga negara, hingga pembahasan mendalam mengenai sejarah serta kebijakan-kebijakan negara. Para siswa merasa kewalahan dengan volume materi yang harus mereka kuasai, apalagi mereka juga dituntut untuk dapat menghubungkan teori-teori tersebut dengan berbagai fenomena sosial dan politik yang terjadi di masyarakat.
"Saya merasa kesulitan mengikuti pelajaran PKN. Tugas yang diberikan sangat banyak, sementara waktu belajar di kelas sangat terbatas. Kadang-kadang, saya merasa topik-topik yang diajarkan terlalu rumit untuk dipahami oleh kami di usia ini," ungkap Albar, seorang siswa kelas 6, yang mewakili banyak teman-temannya yang memiliki keluhan serupa.
Keluhan tersebut menunjukkan bahwa meskipun tujuan dari perubahan kurikulum adalah untuk membuat pendidikan lebih aplikatif dan mengakomodasi perkembangan zaman, kenyataannya banyak siswa yang merasa terbebani oleh beban materi yang semakin padat dan sulit dicerna. Hal ini menciptakan tantangan besar, baik bagi siswa yang harus beradaptasi dengan materi baru, maupun bagi para guru yang harus menyampaikan materi tersebut dengan cara yang efektif dalam waktu yang terbatas.
Â
Guru PKN Juga Merasa Terbebani
Keluhan serupa juga datang dari kalangan guru PKN. Banyak dari mereka yang merasa bahwa kurikulum yang ada saat ini memerlukan pembelajaran yang lebih mendalam dan komprehensif, namun dengan waktu yang terbatas. Beberapa guru mengungkapkan bahwa mereka terpaksa harus mempercepat proses pembelajaran demi menyesuaikan dengan jadwal yang padat, yang terkadang membuat materi tidak bisa dipahami secara maksimal oleh siswa.
"Kurangnya waktu untuk mendalami materi dengan lebih detail seringkali membuat siswa kesulitan. Materi PKN memang sangat penting untuk membentuk karakter kewarganegaraan, namun pendekatan yang digunakan saat ini terasa terburu-buru. Kami sebagai guru juga harus pintar-pintar mencari cara agar siswa tetap bisa mengerti dengan baik," ungkap seorang guru PKN.
Kurikulum yang Padat, Solusi atau Tantangan?
Perubahan yang dilakukan pada kurikulum PKN dalam Kurikulum Merdeka bertujuan untuk menjadikan pendidikan kewarganegaraan lebih relevan dan sesuai dengan tuntutan zaman. Tujuan utamanya adalah memperkenalkan konsep-konsep penting yang berlaku dalam masyarakat demokratis, seperti hak asasi manusia, serta memperkuat peran aktif warga negara dalam menjaga keberlangsungan dan keutuhan negara. Di samping itu, kurikulum ini diharapkan dapat menyiapkan generasi muda yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang kewarganegaraan dan mampu berpartisipasi secara konstruktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, meskipun tujuan perubahan ini sangat positif, kenyataannya, desain kurikulum yang terlalu padat justru menambah beban bagi siswa dan guru. Dengan banyaknya materi yang harus dipelajari dalam waktu yang terbatas, banyak siswa yang merasa kesulitan untuk menguasai semua topik yang diajarkan. Selain itu, para guru juga dihadapkan pada tantangan besar untuk menyampaikan materi yang kompleks dalam waktu yang terbatas, tanpa mengurangi kualitas pengajaran.
Dr. Andi Suryanto, seorang ahli pendidikan, mengungkapkan bahwa meskipun perubahan dalam kurikulum ini bertujuan mulia, implementasinya yang terburu-buru dan tanpa strategi pengajaran yang matang justru menyebabkan pembelajaran menjadi lebih menantang. Menurutnya, agar perubahan tersebut dapat berjalan efektif, kurikulum harus disertai dengan perencanaan yang matang, termasuk pendekatan pengajaran yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi yang ada. Tanpa adanya penyesuaian yang tepat, kurikulum ini justru bisa menjadi beban yang menambah kesulitan bagi para pengajar dan peserta didik.
Â
Pentingnya Penyesuaian dan Solusi Kedepan
Menanggapi keluhan yang muncul, sejumlah pihak mulai memberikan perhatian serius terhadap masalah ini. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menyatakan komitmennya untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap kurikulum PKN yang ada. Dalam berbagai kesempatan, Kemendikbud mengungkapkan bahwa mereka tengah mengkaji ulang struktur dan isi materi agar lebih disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat pemahaman siswa. Salah satu langkah yang sedang dipertimbangkan adalah memberi lebih banyak ruang bagi pendekatan pembelajaran berbasis proyek atau diskusi kelompok, yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dan mengaplikasikan konsep-konsep yang diajarkan dalam konteks nyata. Selain itu, Kemendikbud juga mempertimbangkan pemanfaatan teknologi sebagai solusi alternatif untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Teknologi dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan fleksibel, yang memungkinkan siswa untuk lebih mudah memahami materi yang kompleks. Penggunaan berbagai alat teknologi seperti video pembelajaran, kuis interaktif, dan diskusi daring diharapkan dapat membuat materi lebih mudah dicerna, menyenangkan, serta dapat disesuaikan dengan gaya belajar siswa yang beragam. Dengan cara ini, pembelajaran PKN bisa lebih menarik dan tidak terasa membebani, sambil tetap menjaga kualitas pendidikan yang tinggi.
Lebih lanjut, integrasi teknologi dalam pembelajaran juga diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi siswa yang mungkin kesulitan mengikuti pelajaran secara konvensional. Dengan adanya berbagai platform pembelajaran online, siswa bisa mengakses materi kapan saja dan di mana saja, serta berpartisipasi dalam diskusi atau aktivitas lain yang dapat memperdalam pemahaman mereka. Ini juga memberikan fleksibilitas bagi guru dalam menyampaikan materi, karena mereka dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran yang lebih variatif dan menarik. Dengan demikian, harapannya adalah agar kurikulum PKN yang semula dianggap berat bisa menjadi lebih efektif, mudah dipahami, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Kesimpulan
Beban kurikulum PKN yang dirasa terlalu padat dan menantang kini menjadi perhatian serius yang perlu ditangani oleh pihak berwenang. Baik siswa maupun guru mengaku merasa tertekan dengan banyaknya materi yang harus dipelajari dalam waktu yang terbatas. Dengan semakin kompleksnya kurikulum dan tuntutan yang tinggi, keduanya merasa kesulitan untuk menguasai seluruh materi dengan baik. Oleh karena itu, sangat penting untuk terus melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang ada, memastikan bahwa pendidikan kewarganegaraan tetap relevan, efektif, dan tidak membebani siswa. Reformasi kurikulum perlu dilakukan agar dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman yang terus berubah, sambil tetap memprioritaskan pemahaman siswa secara mendalam. Salah satu cara untuk mengurangi beban tersebut adalah dengan menyesuaikan materi yang diajarkan, memperhatikan tingkat pemahaman siswa, serta mengurangi materi yang tidak terlalu aplikatif atau terlalu rumit. Selain itu, penerapan teknologi dalam pembelajaran menjadi solusi yang sangat potensial. Penggunaan alat-alat digital seperti video pembelajaran, kuis interaktif, dan platform diskusi daring dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih fleksibel dan menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H