Â
Teman sekantor saya baru pulang dari Indonesia, setelah delapan tahun tidak pulang ke Indonesia. Sebenarnya dia ingin pulang sebelum Lebaran, supaya bisa ikut berlebaran bersama keluarga yang hanya tinggal beberapa.
Menurut ceritanya, selama delapan tahun tidak pulang ke Indonesia sudah banyak teman, sahabat, dan kerabat yang meninggal. Jadi kalau bisa lebaran tahun ini ingin dirayakan di Indonesia, mumpung masih hidup. Kalau di tunda-tunda lagi, siapa tahu sudah terlambat, entah di sana yang meninggal, entah yang di sini. Demikian katanya.
Lalu, sejak sebelum puasa dimulailah masa pencarian tiket pesawat murah, Hamburg-Jakarta. Tiap hari memantau harga tiket pesawat. Kalau Hamburg-Jakarta terlalu mahal, Hamburg-Singapore juga tidak apa-apa, katanya. Nanti dari Singapore tinggal cari tiket Airasia ke Jakarta.
Dua hari sebelum Lebaran teman saya ini sudah tidak ke kantor, cuti. Pulang kampung kah? Wah, ikut senang. Â
Eh tidak tahunya, pas Lebaran teman saya ini datang ke kantor. Loh kok? Katanya mau pulang kampung? Katanya mau berlebaran bersama kerabat di Indonesia?
Ternyata, karena harga tiket pewatnya masih terlalu mahal, rencana pulang kampungnya ditunda sebentar sambil menunggu tiket pesawat agak murah. Waduh, kasihan.
Singkat cerita akhirnya teman kantor saya ini pulang kampung juga ke Indonesia, tapi setelah lebaran.
Ketika kembali lagi ke Jerman, ia tidak langsung ke rumahnya, tapi ke kantor. Kebetulan kantor kami dekat bandara.
Dan ketika tiba di kantor, salah satu yang langsung ditemuinya adalah saya, bukan apa-apa, karena saya punya titipan tertentu, hehehe.
„Bu,  maaf batiknya tidak sempat saya belikan, karena bagasi saya sudah overload, kelebihan muatan, seharusnya sekian kilogram, bagasi saya sampai sekian kilogram…bla..bla..bla…“ ceritanya panjang lebar.