Jakarta sudah tidak asing lagi dengan bencana banjir. Hampir setiap hujan dengan intensitas tinggi kota metropolitan ini terendam banjir dan mengalami kerugian besar sebagai akibat dari bencana tesebut. Kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi serta sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan lain menjadikan Jakarta sebuah perkotaan.
Tingkat urbanisasi yang tinggi di perkotaan akan menyebabkan kepadatan penduduk sehingga menimbulkan pemukiman padat di perkotaan dan ketidaksimbangan lingkungan sekitar. Selain itu,tingginya tingkat urbanisasi yang terjadi dapat menyebabkan tingginya kasus kriminalitas di perkotaan.
Tak hanya kepadatan penduduk yang menyebabkan berbagai masalah yang terjadi di perkotaan,tetapi juga kegiatan industri dan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh penduduk didalamnya. Penduduk perkotaan menghasilkan limbah yang tidak sedikit setiap harinya sehingga perlu upaya untuk mengolah limbah-limbah tersebut agar tidak menyebabkan permasalahan,tetapi hal ini belum dapat dilaksanakan dengan baik oleh masyarakatnya sendiri maupun pemerintah setempat.
Masih sering kita temui penduduk yang dengan santai nya membuang sampah dan limbah rumah tangga mereka ke sungai maupun saluran air tanpa berpikir apakah yang akan terjadi setelah mereka melakukan hal tersebut. Saluran air pun menjadi tersumbat dan air tidak dapat mengalir dengan lancar sehingga saat musim hujan datang,air tidak dapat dialirkan secara keseluruhan oleh saluran air tersebut. Selain itu,sungai menjadi tercemar akibat limbah warga sekitar dan menimbulkan aroma tidak sedap yang berasal dari sampah-sampah yang terapung diatasnya.
Bencana banjir pun tak dapat dihindari sebagai akibat serius dari apa yang dilakukan masyarakat sekitar terhadap saluran-saluran air di Jakarta. Tingginya angka kepadatan penduduk di perkotaan membuat daerah resapan air hujan pun berkurang setiap tahunnya sehingga saat musim hujan tiba,banjir sudah pasti melanda beberapa daerah di Jakarta.
Salah satu kasus bencana banjir yang terjadi adalah disaat banjir berhasil merendam wilayah Kramat Jati,Jakarta Timur setelah hujan deras sepanjang hari yang lalu. Berdasarkan data yang diperoleh,banjir terparah yang terjadi di kawasan Kramat Jati telah mencapai ketinggian sekitar 100 sentimeter atau sepinggang orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur Jakarta,banjir ini pun juga merupakan akibat dari meluapnya Sungai Cipinang.
Hal ini bukanlah yang pertama kali bagi warga sekitar. Mereka mengaku sering terjadi banjir saat musim hujan datang dan mereka terpaksa harus mengungsi apabila ketinggian air sudah semakin tinggi dan mengalami berbagai kerugian akibat banjir yang terjadi. Seperti yang kita ketahui,daerah Kramat Jati merupakan daerah dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Kita dapat menjumpai berbagai toko serta pedagang kaki lima di sepanjang jalannya. Selain itu,Pasar Induk Kramat Jati yang juga merupakan pusat pasar dari berbagai daerah juga membuat daerah ini menjadi semakin padat.
Banjir yang terjadi berhasil merendam pool bus sekolah hingga pool taksi bluebird sehingga membuat warga juga sulit untuk melakukan aktivitas sehari hari. Setiap harinya di kawasan ini selalu padat kendaraan yang menyebabkan kemacetan dan polusi udara.
Rumah-rumah dengan letak yang tidak beraturan serta bersifat semi-permanen juga masih terdapat di kawasan ini. Sungai yang mengalir melalui kawasan ini juga sudah tercemar oleh sampah dan limbah masyarakat setempat sehingga kualitas air sungai sangat buruk.
Pasar Induk Kramat Jati adalah salah satu fasilitas di kawasan tersebut. Pasar ini merupakan pusatnya para pedagang sayur dan bahan dapur lain yang berasal dari berbagai daerah. Pasar ini sudah pasti ramai setiap harinya sehingga limbah kegiatan yang dihasilkan pun tidak sedikit.
Warga sekitar kawasan ini mengaku bahwa mereka seringkali membuang sampah tidak pada tempatnya dan mereka berpikir sampah yang telah mereka buang itu akan dibersihkan oleh para petugas kebersihan sekitar. Selain itu,para pedagang kaki lima pun banyak ditemui di sepanjang jalan di kawasan ini,padahal  petugas Satpol PP telah berulang kali melakukan inspeksi di kawasan tersebut. Namun,hal ini tidak menjadi pelajaran untuk para pedagang kaki lima di kawasan tersebut. Sampah-sampah yang dihasilkan oleh para pedagang kaki lima pun berserakan di sekitar kawasan tersebut.