Latar Belakang Konflik
   Akar konflik di Laut China Selatan dapat ditelusuri hingga abad ke-20, ketika beberapa negara mulai mengklaim kedaulatan atas wilayah perairan dan pulau-pulau di kawasan tersebut. Klaim-klaim yang tumpang tindih ini terutama melibatkan China, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan. China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan berdasarkan apa yang disebut "nine-dash line", sebuah garis demarkasi yang mencakup sekitar 90% wilayah perairan tersebut. Klaim China ini didasarkan pada argumen historis bahwa wilayah tersebut telah menjadi bagian dari teritori China sejak zaman kuno.
    Namun, klaim ini ditentang oleh negara-negara lain di kawasan yang juga memiliki klaim teritorial berdasarkan kedekatan geografis dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) mereka sesuai Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS). Konflik ini semakin memanas sejak awal 2010-an, ketika China mulai melakukan reklamasi dan pembangunan infrastruktur di beberapa pulau dan karang di Kepulauan Spratly dan Paracel. Tindakan ini dianggap sebagai upaya China untuk memperkuat klaimnya dan mengubah status quo di kawasan tersebut.
Dimensi Geopolitik
     Ketegangan di Laut China Selatan memiliki beberapa dimensi geopolitik yang kompleks dimensi geopolitik tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Sumber Daya Alam:Â Laut China Selatan diperkirakan kaya akan cadangan minyak dan gas alam, serta sumber daya perikanan yang melimpah. Penguasaan atas wilayah ini berarti akses terhadap sumber daya alam yang sangat berharga.
2. Jalur Pelayaran Strategis: Laut China Selatan merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, dengan sekitar sepertiga dari perdagangan maritim global melewati perairan ini. Penguasaan atas wilayah ini berarti kemampuan untuk mengontrol jalur pelayaran vital tersebut.
3. Proyeksi Kekuatan Militer: Bagi China, penguasaan atas Laut China Selatan berarti kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan militernya lebih jauh ke Pasifik, serta membatasi akses kekuatan asing (terutama Amerika Serikat) ke wilayah yang dianggapnya sebagai "halaman belakang" strategis.
4. Persaingan AS-China: Ketegangan di Laut China Selatan telah menjadi arena persaingan geopolitik antara China dan Amerika Serikat. AS, sebagai sekutu beberapa negara di kawasan, telah meningkatkan kehadirannya di wilayah tersebut dengan dalih menjaga kebebasan navigasi, sementara China menganggap hal ini sebagai upaya pembendungan terhadap kebangkitannya sebagai kekuatan regional.
5. Kohesi ASEAN: Konflik ini juga menguji kohesi ASEAN sebagai organisasi regional. Perbedaan sikap dan kepentingan di antara negara-negara anggota ASEAN dalam menghadapi klaim China telah mempersulit upaya untuk mencapai konsensus dan respons bersama terhadap masalah ini.
Dampak Konflik