Ini hanya salahsatu sih saja dari banyak sih. Masih bertebaran sih-sih yang lain. Sejarah ini selain terdapat pada perpustakaan negara juga didapat dari pitutur orang-orang tua yang mengalami pada masanya, yaitu masa-masa negoro (nagari) sebelum RiKiPLiK ada !
So the story begin, Ratu Wilhelmina (Belanda) menyerahkan kembali Kedaulatan Nusantara kepada Hamengku Buwana IX sebagai representasi Raja Nusantara (secara kerajaan terbesar dan ter-eksis yg menurun dari Majapahit), kemudian oleh HB IX penguasaan atas nusantara itu DIPERCAYAKAN kepada Republik untuk MENGELOLA-nya. Dan pada 17-12-1945 bertempat di SITI HINGGIL KRATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT, representasi dari Republik (Soekarno-Hatta) DILANTIK menjadi PRESIDEN & WAKIL PRESIDEN ! Ingat, Nagari Yogyakarta dan para Pemangku Adat Nusantara tidak hanya menyerahkan kedaulatan nusantara, melainkan secara bersama juga memberikan BEKAL (nyangoni) yg extra-ordinary bagi republik bisa berdiri !
Sayangnya banyak para pengampu sistem yang BUTA/BUTO SEJARAH (mengangkangi sejarah), membelokkannya demi kepentingan nggak jelas sehingga Yogyakarta saat-saat ini terlihat dengan jelas seolah-olah hendak "ditumbangkan". Fenomena ini saya dengar mampu membuat kekesalan seorang tua sederhana di sawah yg mengatakan: bagaimana kalau republik ini diambil lagi saja (dijupuk/dilorot wae), lha kok sekarang orang-orangnya semakin keblinger dan kemaki, sukanya bikin susah rakyat banyak.
Dus, kenapa Yogyakarta Istimewa?
Karena Yogyakarta adalah NAGARI/Monarki (independen) pengampu nusantara setelah era Majapahit, dan kepadanya Ratu Belanda berbicara, yang pemimpinnya melebur dalam kesamaan visi perjuangan rakyat untuk MERDEKA, yang alih-alih hanya mementingkan/memikirkan KEKUASAAN SEMATA (ningrat), tapi justru malah Menolong dan Merestui Sistem Republik yang SEHARUSNYA PANCASILA ini berdiri untuk dipimpin BERSAMA-SAMA dengan rakyat, mengayomi pelantikan presiden & wakilnya untuk mengelola republik, berseru bersama bagi seluruh Pemangku Adat Nusantara untuk membangun bangsa dengan dukungan penuh bagi Bayi Republik yang seharusnya Pancasila.
NAH, jika sekarang ini ternyata "sistem-itu" hendak "menjungkirbalikkan" Yogyakarta, lalu dengan bahasa apa yang pantas kita sabdakan lewat mulut untuk menyebut/mengistilahkanny​a pada manusia-manusia (penguasa sistem) ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H