Ketika kaki menginjakan Bandar King Khalid International Airport disitu adalah langkah pengasahan mental untuk Pemuda Bandung yang masih Polos yaitu saya yang sedang mencari makna hidup di Arab Saudi,saya menunggu tanpa tahu apa yang ditunggu hingga saya melihat ada Sekumpulan TKI yang sedang sama -sama menunggu,saya pun bertanya pada mereka apa yang sedang mereka tunggu disini ternyata Mereka menunggu Majikannya masing-masing dan nasib yang mereka belum tahu karna sekumpulan TKI itu ternyata orang baru seperti halnya saya. Setelah kurang lebih 3 jam menunggu datang seorang pemuda arab yang tinggi dan umurnya kira kira sama dengan saya dia mengecek Paspor dan mengajak saya untuk ikut dengan dia ,akhirnya saya di bawa ke sebuah Caffe Dengan ditemani Orang India dan saya diharuskan belajar selama 10 hari membuat teh dan kopi untuk nantinya dipekerjakan di kantor. 22 hari saya sudah menunggu tanpa ada kepastian dipindahkan atau tidaknya,saya sudah benar-benar tidak betah di Caffe karena perlakuan orang India dan Maroko yang seenaknya sendiri, datanglah hari ke-23 yang saya tunggu tapi ternyata apa yang saya tunggu adalah justru cambukan pertama yang Mengasah Mental,saya dikerjakan di sebuah kantor yang sepi dimana hanya seorang kakek-kakek yang tinggi besar menduduki ruangan Kantor.Kakek tersebut sangat baik tapi dia memberikan pekerjaan yang menurut saya itu berat,Setiap hari saya diharuskan bekerja Membersihkan kantor dan Rumah yang berada di atas kantor sebanyak 2 lantai,setiap lantai memiliki 4 kamar tidur,1 dapur dan 2 toilet.Walau pekerjaan ini adalah hal pertama yang baru dicoba,saya berusaha menerima karna ini sudah menjadi keputusan. Saat datang hari ke-24 siang harinya saya sudah membersihkan Kantor berikut lantai atasnya tapi pada sore harinya saya dibawa lagi kesebuah Vila( peristirahatan ) kurang lebih 5km jarak dari kantor,Vila itu sangat luas dimana Rumput-rumputnya begitu panjang lebat,kolam renang yang diisi dengan setumpuk sampah hingga tanah pun sudah seperti tembok yang keras dan Isi rumah yang lama tidak dibersihkan,kabar gembiranya saya diminta untuk membersihkan vila ini,sambil bekerja saya menangis dan meratapi keputusan saya ini sampai-sampai saya akan memutuskan untuk pulang tapi apa daya saya belum mengerti betul bahasa disini. Adzan isya berkumandang saya bergegas ke mesjid dengan harapan ketemu Orang Indonesia yang bisa memberikan pengetahuan tentang bahasa dan situasi disini "alhamdulillah" ucapan syukur saya,saya bertemu dengan orang jawa tengah yang kebetulan sedang mampir di kampung ini dan memperkenalkan Orang indonesia yang berada diwilayah ini,saya dikenalkan dengan orang purwakarta yang bernama kasim dari situlah saya mulai akrab dan bertukar no telpon untuk berinteraksi. Tibalah malam hari sebuah mobil datang yang dikendarai oleh anak bungsu si kakek untuk menjemput saya pulang kekantor karna letak kantornya bersebelahan dengan Rumah sikakek .Pikiran saya mulai lega karna saya berpikir sekarang waktunya istirahat,saya sudah lelah pada waktu itu karna saya sangat lapar,sarapan waktu pagi haripun hanya indomie yang saya remukin karna tidak adanya air panas,saya berharap ketika pulang akan dikasih makan dan dikasih waktu untuk istirahat ternyata dugaan saya itu benar saya dibawa pulang kekamar tapi untuk mengambil lap mobil karna pekerjaan saya belum beres yaitu membersihkan 5 mobil punya keluarga si kakek-kakek itu,dengan lantang salah satu anak sikake itu bilang "inilah semua pekerjaan kamu yang setiap hari harus kamu kerjakan"Hati Saya semakin menjerit pada saat itu. Dengan sangat terpaksa saya harus mau,satu mobil sudah saya bersihkan tapi ada angin yang membuat nafas saya sesak setelah disadari angin itu angin debu yang begitu kental masuk kedalam hidung saya,saya bergegas memencet bel rumah si kakek karna letak kamar saya ada didalam rumah tapi tak ada satu pun yang membuka,dengan Pikiran yang sangat Pesimis saya menangis diluar dengan diselimuti hujan debu yang begitu membuat saya sesak. Tiba tiba suara hp saya berbunyi alangkah bahagianya saya berharap yang menelepon si kakek ternyata yang menelepon adalah si a kasim orang purwakarta yang menanyakan keadaan saya dan saya mulai bercerita keadaan saya waktu itu,akasim pun ikut panik sampai ingin menjemput saya dengan sepedahnya tapi dia tidak tahu keberadaan saya dimana begitu pula saya.hingga akasim memberikan ide untuk meng-sms kan sms yang dia tulis untuk dikirim ke sikake.15 menit tak ada jawaban sms dari sikakek sampai saya pun menyerah untuk tetap menunggu pintu dibuka tapi lama kelamaan saya merasa mulai kesakitan hingga ada sapaan lembut dari seorang kakek-kakek yang berkewargaan Pakistan yang mengajak saya berteduh ditempatnya dia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H