Mohon tunggu...
Menot Sukadana
Menot Sukadana Mohon Tunggu... profesional -

Menulis untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perebutan Kursi Bali Satu Mulai Memanas*

10 April 2011   07:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:57 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski masa jabatan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika baru akan berakhir pada tahun 2013 mendatang, namun beberapa kandidat disebut-sebut bakal mengincar posisi orang nomer satu di Bali itu.

Kandidat calon gubernur yang disebut-sebut bakal bertarung 2013 nanti terdapat tiga nama bupati yakni, Bupati Badung, A.A Gde Agung, Bupati Klungkung, Wayan Candra dan Bupati Buleleng, Putu Bagiada. Selain tiga nama tersebut, ada juga kandidat lain yang dikabarkan akan meramaikan perhelatan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 2013 yakni A.A Puspayoga yang saat ini justru menjabat sebagai wakil gubernur dan Wayan Koster (Anggota DPR RI dari fraksi PDIP). Bahkan Made Arjaya yang kini menjabat Ketua Komisi I DPRD Bali secara terang-terangan mengatakan jika dirinya juga berkeinginan menjadi Gubernur Bali.

“Saya kira yang mengincar posisi Gubernur Bali bukan hanya Mangku Pastika, tetapi ada Anak Agung Gede Agung, Wayan Candra, Bagiada, Wayan Koster, dan Puspayoga. Bahkan saya sendiri berkeinginan menjadi Gubernur,” ungkapnya.

Sementara Gubernur Bali, Made Mangku Pastika yang dikonfirmasi tentang hal tersebut, enggan berkomentar banyak. Menurut mantan Kapolda Bali tersebut, pilgub 2013 masih terlalu dini untuk diwacanakan. Ia menegaskan bahwa dirinya lebih menfokuskan diri untuk menuntaskan segala program kerjanya hingga masa jabatannya berakhir.

“Masih terlalu jauh untuk memikirkan itu (pilug), masih ada seribu hari lagi masa jabatan saya. Jadi hanya berfokus kepada pekerjaan dan tugas-tugas sebagai sebagai gubernur agar bagaimana bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali,” kelitnya saat ditanya tentang kemungkinan dirinya mencalonkan diri sebagai gubernur pada 2013 nanti, usai menghadiri Musda Partai Demokrat Bali di Hotel Grand Bali Beach, Denpasar, beberapa waktu lalu.

Ketika didesak pertanyaan terkait penolakan dirinya yang ditawarkanmasuk dalam susunan reshuffle kabinet oleh Taufik Kiemas (Ketua Dewan Pertimbangan DPP PDIP) karena ingin mencalonkan diri lagi sebagai Gubernur Bali pada 2013 mendatang. “Untuk itu saya no comment,” sahut mantan Kepala BNN itu sambil ngeloyor meninggalkan wartawan dan langsung memasuki mobilnya.

Sebelumnya, Ketua OKK DPD PDIP Bali, Nyoman Partha mengakui jikaRapimnas DPP PDIP tahun lalu yang berlangsung di Bogor memutuskan mengutamakan kader partai untuk maju dalam setiap perhelatanpemilukada. Menurutnya, keputusan itu juga akan dilaksanakan dalam pemilukada di Bali.

Apakahpada pilgub 2013 nanti PDIP Bali artinya tidak lagi mencalonkan Mangku Pastika untuk periode berikutnya. Pasalnya, beberapa waktu yang lalu di Jakarta, Taufik Kiemas menyebut Mangku Pastika hanyalah sebagai simpatisan PDIP. “Pak Mangku itu sudah jadi kader PDIP Bali. Buktinya pak Mangku punya KTA. Kalau soal pemilihan gubernur itu masih jauh (2013). Itu nanti mekanisme parpol yang menentukan,” pungkasnya.

Kendatipun nasib Mangku Pastika belum jelas, akan tetapi figur mantan Kapolda Papua itu masih berpeluang besar untuk maju dalam Pilgub Bali 2013, sebab sebagai incumbent tentunya Mangku Pastika mempunyai keuntungan tersendiri di banding calon penantangnya nanti. Selain itu, figurMangku Pastika juga menjadi incaran parpol di Bali. Salah satunya ialah Partai Hati Nurani Rakyat.

Ketua DPD Partai Hanura Bali, I Gde Ngurah Wididana bahkan dengan tegas mengatakan kalau Hanura Bali bakal mendukung Mangku Pastika untuk menjadi calon Gubernur kembali pada 2013 nanti. “Kita lihat dulu para kandidat nanti, termasuk pak Mangku Pastika. Kalau baik, kenapa tidak kita dukung Mangku Pastika?,” ujarnya.

Menurut pria yang akrab disapa Pak Oles ini, figur Mangku Pastika relatif diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Bali. Disamping itu, beberapa program dalam masa pemerintahan Mangku Pastika yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat Bali dinilai cukup berhasil. Apakah ini sinyalamen kalau Hanura mendukung Mangku Pastika untuj menjadi cagub Bali mendatang?. “Bisa dikatakan demikian,” timpal Pak Oles.

Sementara itu, Ketua DPD Golkar Bali, I Ketut Sudikerta mengatakan bahwa wacana pemilihan Guburnur Bali 2013 masih terlalu dini untuk dibahas. “Kami di Golkar Bali saat ini lebih menfokuskan bagaimana berkarya untuk membangun daerah Bali agar bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu peran parpol termasuk Golkar ialah menciptakan kesejahteran kepada masyarakat dan itu yang terpenting bagi kami,” sahutnya.

Pesaing Mangku Pastika dalam pilgub 2008 kemarin, I Gede Winasa juga mengatakan bahwa dirinya juga belum memikirkan untuk maju lagi dalam pilgub 2013 mendatang. “Itu masih terlalu jauh, aturannya saja belum jelas. Apakah gubernur nantinya akan tetap dipilih secara langsung ataukah dipilih oleh dewan. Aturannya sekarang kan masih digodok dipusat,” kelit mantan Bupati Jembrana itu.

Pertarungan Masyarakat Tri Sula

Pemilihan Gubernur memang baru akan dihelat pada tahun 2013, akan tetapi dari sekarang berbagai hal terkait dengan pemilihan Bali-1 itu mulai berhembus. Partai-partai mulai mempersiapkan diri, pun demikian dengan para tokoh yang memimpikan jabatan tersebut. Meskipun masih nampak malu-malu akan tetapi mulai bisa dibaca arah pergerakan mereka.

Pengamat Politik, Dr A.A. Gede Oka Wisnu Murti mengungkapkan di tingkat lokal, jabatan Gubernur merupakan sebuah jabatan yang ”seksi”. Perebutan kursi gubernur merupakan pertarungan gengsi di antara partai dan juga elit lokal. Sehingga sangat wajar jika partai mulai melakukan konsolidasi internal dan eksternal termasuk melakukan penataan baik terhadap kekuatan partai maupun terhadap tokoh atau aktor sentral yang akan diusung.

”Setidaknya ada tiga hal yang dijadikan pertimbangan bagi partai dalam menentukan siapa yang akan diusung dalam pemilihan Gubernur pada 2013. Pertama, berkaitan dengan dasar ideologi yang dimiliki tokoh bersangkutan. Kedua, masalah ketokohan dan ketiga berkaitan dengan kemampuan ekonomi. Tiap calon harus memiliki modal yang kuat untuk bisa terjun ke dunia politik,” terangnya.

Tahun 2011 merupakan tahun konsolidasi. Bagi yang ingin terjun dalam pemilihan 2013 maka waktu 2 tahun merupakan waktu yang singkat. Dalam sebuah pemilihan langsung maka citra diri menjadi sangat penting dan juga menentukan.

Wisnu Murti memaparkan dalam pemilihan langsung akan bertarung tiga kekuatan yang disebutnya sebagai masyarakat Tri Sula. Yang dimaksud masyarakt tri sula dimana terjadi kolaborasi, interaksi dan juga interkoneksi yang bersifat trans politika diantara masyarakat politik, masyarakat ekonomi dan masyarakat sipil di dalam membentuk formasi kekuasaan.

Masing-masing kekuatan ini akan bertarung sekaligus berakumulasi. Calon yang hanya memiliki kekuatan politik saja tidak akan cukup tanpa memiliki sokongan kekuatan ekonomi. Dua hal ini juga belum cukup, tokoh yang ingin maju juga harus mampu merangkul kekuatan sosial di masyarakat. ”Sekarang kita mulai melihat tokoh-tokoh terjun ke masyarakat, ini merupakan bentuk investasi sosial yang ingin ditanamkan oleh tokoh,” jelasnya.

Beban Berat Incumbent

Meskipun beberapa nama mulai dihembuskan hanya saja hingga saat ini belum ada yang terlalu menonjol. Siapa yang akan menjadi paling kuat pada 2013 belum bisa ditentukan. Politik sebagai sesuatu yang sangat absurd dan juga dinamis berakibat pada derasnya perubahan yang terjadi. Sikap masyarakat juga mulai berubah, mereka mulai cerdas hingga keterikatan ideologi tidak lagi terjadi secara membabi buta.

Khusus untuk pemilih di Bali memang dikenal memiliki karakteristik yang khas. Pertama, pemilih di Bali cenderung memilih pemimpin yang soft dan tidak menggebu-gebu. Kedua, mereka cenderung memilih yang tidak hanya memiliki kekuasan intelektual akan tetapi juga spiritual.

Ketiga, ada kecenderungan pemilih membela yang teraniaya hingga tak jarang muncul strategi politik sehingga muncul kesan teraniaya. Keempat pemilih cenderung pemilih pemimpin yang seken dan pesaje, ini dikarenakan rakyat sudah bosan dibohongi.

Hanya saja saat ini sedimentasi lokalitas mulai mengental. Etnonasionalisme mulai muncul di kalangan pemilih. Hal ini bisa saja berbahaya dan menurunkan kualitas demokrasi jika tidak diimbangi dengan kualitas dari calon yang bersangkutan. Karenanya calon yang ingin mendapatkan cukup dukungan memiliki kemampuan menjalin komunikasi yang sifatnya lintas daerah disamping juga mengoptimalkan potensi dan kualitas diri.

”Tahun 2011 merupakan tahun untuk membangun citra diri dan melakukan pra-kondisi. Paling tidak, masyarakat akan disuguhkan manuver-manuver yang dilakukan para tokoh. Juga akan banyak muncul sinterklas-sinterklas yang menawarkan berbagai hal,” terang mantan ketua KPU Bali ini.

Bagi mereka yang sedang menjabat dan berkeinginan maju dalam pilgub, Wisnu Murti memberikan catatan. Sebagai seorang pemimpin mereka berkewajiban untuk terus bekerja dan tidak boleh tidur. Hanya saja bagi yang berkeinginan untuk maju mereka harus bekerja dengan lebih optimal untuk rakyat.

Incumbent memiliki beban psikologis yang lebih berat. Karena itu mereka harus bekerja lebih optimal. Meminimalkan cacat politik dan memaksimalkan program-program pro rakyat. Jika yang dilakukan memang tetap mengutamakan kepentingan rakyat maka ini tidak salah dan rakyatlah yang akan diuntungkan,” tuturnya.

Makna Kemunculan

Dalam sebuah pemilihan langsung maka citra menjadi salah satu kunci untuk mendapatkan dukungan. Karenanya dalam hal ini media memegang peranan yang sangat penting sebagai salah satu pilar demokrasi. Media menjadi institusi pencerdasasan politik yang memberikan alternatif kepada masyarakat.

Media merupakan sarana ampuh untuk membangun citra. Disana seseorang bisa menampilkan apa yang sudah dan apa yang akan dikerjakan. Dengan demikian kemunculan di media menjadi penting. Hanya saja perlu diperhatikan makna dari kemunculan. Disinilah diperlukan sensitifitas media dalam memunculkan suatu berita.

Pentingnya citra akan membuat semua hal yang pernah dilakukan akan sangat berpengaruh terhadap pemilihan. Catatan buruk yang dimiliki seseorang bisa jadi akan mengurangi nilai tawar yang dimiliki. Akan tetapi Wisnu Murti memberikan penekanan pada hal ini. ”Hanya orang yang bekerja yang bisa salah. Jika tidak salah berarti tidak bekerja. Maka perlu dilihat apa jenis kesalahannya untuk menentukan pilihan,” imbuhnya. (***)

*Tulisan merupakan hasil reportase dari penulis sendiri dan pernah dimuat pada media lokal di Bali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun