Mohon tunggu...
Minhaji Ahmad
Minhaji Ahmad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang Biasa

Aktif di Koloman Ilmu, malam Rabu-an.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kau, dan Lukaku yang Dalam

3 Februari 2021   16:29 Diperbarui: 3 Februari 2021   18:28 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertahun-tahun, luka di tubuhku, tak pernah kuperlihatkan pada siang.

Saat malam kutengadah ke bulan, memanggil embun bersihkan darah yang terus keluar.

Begitulah ketika setiap kali belati itu menusuk tubuhku.

Malam demi malam, siang demi siang. Kulewati seraya terus berhitung, bilakah waktunya.

Saat jiwaku masih kuat, aku masih yakin, waktu adalah penawar terbaik untuk luka ini.

Tapi sekarang.

Jiwa itu telah remuk, tubuh ringkih ini tak lagi kuasa berdiri menatap matahari.

Dulu sekali, engkau adalah pelangi. Awan yang sejuk.

Takdirku membawamu turun dan bertahta di pinggir lautan.

Ombak setiap saat datang menguji. Tapi kita saling menguatkan. 

Benar, kau tak berubah karang. Tapi, lambat laun, menjadi belati yang setiap saat menikam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun