Mohon tunggu...
menik astuti
menik astuti Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru

Bismillahirrahmanirrahim

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senandika: Bisikan Rasa

22 Agustus 2022   23:11 Diperbarui: 23 Agustus 2022   17:55 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika penantian ini sudah mulai lelah, kupalingkan harap ini pada uluran tanganNya. Dan sambutan berbalut kasih pun tiada kira: begitu cepat dan indah lebih dari sebuah impian  tengah malam.

Malam, ketika rinai menggerimis, enggan diri beranjak. Sosok  manis tiada henti menangis. Mengais sisa rasa yang masih terpendam. Menggapai harap walau dalam mimpi. Karna diri tahu kesetiaan itu meyakinkan: Aku takkan pernah mampu tuk meninggalkanmu.

Pesona bianglala masih memancar. Memberi pesan kerinduan. Bisikkan lembut akan warnanya:tunggu dan lepaskan walau hanya sesaat.

Aku pernah merasa bahwa diri paling berarti. Dan kaupun beranggap bahwa diri ini tiada mengerti. Seribu pandang meragukan kemampuan, menghakimi akan keterbatasan.
Hingga gelapkan mata, lupakan cahya lembutNya, bahwa malampun sanggup untuk berbagi.

Malam 22 Agustus 2022

MenikDA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun