Mohon tunggu...
Menghayati
Menghayati Mohon Tunggu... Freelancer - Karya, sastra dan cerita.

Karya, sastra dan cerita. Menghayati.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suara yang Tak Pernah Didengar

27 Desember 2021   20:21 Diperbarui: 27 Desember 2021   20:26 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, berapa persen kemungkinan itu terjadi? Tidak ada yang tahu. Yang jelas sangat kecil sekali. Dan kita tidak bisa hanya bergantung pada faktor keberuntungan saja, kan?

Jika wajah dan opinimu tidak sering berlalu lalang di televisi dan media, tidak banyak orang mau dan mampu mendengar suaramu. Jadi, sebaik apapun opinimu, jika platform-nya tidak besar, tidak banyak orang yang melihatnya. Suaramu tidak akan terdengar vokal oleh banyak orang.

Saya ingat kata-kata Jack Ma, "Ketika kamu miskin, belum sukses, semua kata kata bijakmu terdengar seperti kentut. Tapi ketika kamu kaya dan sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan menginspirasi."

Walaupun kata-kata Jack Ma konteksnya tentang kesuksesan, tapi saya rasa masih ada hubungannya dengan popularitas seseorang. Namun memang wajar jika yang sukses lebih dipercaya karena orang melihat seberapa besar bukti yang bisa diperlihatkan.

Ini juga yang mungkin sering saya lihat di media massa. Beberapa public figure diundang sebagai daya tarik utama. Artis-artis jadi duta pemerintah, duta lingkungan, duta pariwisata. Atau masuk ke politik, mencalonkan diri menjadi kepala daerah.

Itu semua terjadi karena betapa pentingnya nama besar yang menempel pada diri seseorang. Dan sayang sekali jika nama besar itu malah menyuarakan suara yang salah. Atau misalnya mereka bersuara pada hal-hal yang mereka tidak kuasai, tapi orang lain percaya. Itu yang kemudian bisa jadi fatal.

Tapi saya tahu, sulit mendapat perhatian banyak orang. Sulit membuat seseorang untuk sebentar saja menentukan kita, "Hey, aku lagi ngomong sesuatu yang penting loh! Dengerin bentar dong." Dan di saat bersamaan orang-orang sedang memperhatikan tokoh yang mereka sukai. Tokoh-tokoh yang sesuai dengan preferensi mereka.

Orang yang tak punya popularitas, sekalipun opininya bagus, hanya bisa seperti gemuruh ombak di pantai. Suaranya terdengar keras, tapi tidak punya arti apa-apa. Di anggap ada, tapi sekedar lewat saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun