Akhirnya saya menulis kembali untuk kompasiana. Tulisan ini menjadi pembuka tahun 2015 dan 2566 dengan shio kambing kayu. Tulisan ini tentang jawaban-jawaban saya yang mencoba subjektif-objektif tentang industri penerbangan nasional. Saya masih ingat ketika masih aktiv di sosial media maka komentar-komentar seperti ini sering saya sampaika. Kepada teman-teman yang mengeluh tentang layanan industri penerbangan Indonesia. Ini saya tulis mengisi waktu delayed Lion Air hari ini. Hehe...
Keluhan-keluhan ini tentu saja tentang kualitas layanan maskapai dan pihak terkait. Baru saja tiga hari lalu kita dihebohkan dengan komplain paling besar dialamatkan kepada maskapai nasional Lion Air. Keluhan dilakukan oleh sejumlah orang dan pihak tentang keterlambatan pemberangkatan yang dilakukan oleh Lion Air. Maskapai ini memang paling sering menerima keluhan padahal justifikasi itu tidak sepenuhnya benar meskipun fakta tersebut memang kita temukan di lapangan.
Lion Air sebagai maskapai swasta terbesar di Indonesia bahkan kawasan (dalam jumlah penumpang) maka sudah selayaknya paling banyak dikritik karena seproporsional-berimbang merupakan pengangkut penumpang terbesar dengan frekuensi penerbangan terbanyak sepanjang tahunnya. Nah, oleh sebab itu saya nyatakan bahwa pendapat penumpang yang lebih melabelkan Lion Air sebagai maskapai paling buruk dengan layanan paling buruk tidak sepenuhnya benar. Mari kita lihat data-data on time performance (OTP) yang sudah dirilis oleh Kementrian Perhubungan terbaru (2013) di bawah ini.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Kemenhub telah merilis pemeringkatan OTP maskapai selama periode satu tahun lalu (2013). AirAsia Indonesia menjadi maskapai dengan OTP terendah yaitu 71,58 persen (38.725 penerbangan), disusul Wings Air sebesar 72,37 persen (59.528 penerbangan), Merpati Nusantara 72,73 persen (36.267 penerbangan), Mandala Airlines 73,81 persen (15.287 penerbangan), Lion Air 74,55 persen (182.452 penerbangan).
Sementara empat besar dengan OTP tertinggi adalah Batik Air 88,59 persen (5.344 penerbangan), Garuda Indonesia 84.05 persen (168.374 penerbangan), Sriwijaya Air 80,94 persen (71.903 penerbangan) dan Citilink 80,27 oersen (39.309 penerbangan).
Berdasarkan data di atas maka terlihat bahwa Lion Air tidaklah begitu buruk. Masih ada maskapai seperti Air Asia masih menunjukan penampilan yang lebih buruk dibanding Lion Air. Namun, dikarenakan frekuensi Lion Air merupakan paling tinggi yang menerbangkan penumpang di Indonesia maka secara proporsional penumpang yang mengeluh juga lebih tinggi dibanding maskapai lainnya.
Lion Air berhasil menerbangkan 23 juta penumpang sepanjang 2014. Target lebih besar terus disasar oleh Lion Air dengan cara menambah jumlah pesawat Air Bus dan ATR menjadi 742 pesawat baru. Dengan demikian, saya yakin tingkat pemanfaatan pesawat Lion Air lebih tinggi selama ini bisa diturunkan sehingga OTP juga bisa lebih baik. Selama ini, untuk memaksimalkan peningkatan jumlah penumpang maka Lion Air memaksimalkan trafik pesawat menjadi lebih tinggi. Misalnya, bila maskapai lain hanya menerbangkan 1 pesawat dengan 8 jam sehari, maka Lion Air bisa saja menerbangkan 10-12 jam per hari. Akibatnya, waktu jeda antar penerbangan pertama dengan selanjutnya sangat sempit sehingga akan berimbas pada tingkat delayed yang lebih tinggi. Bila pesawat penerbangan pertama terlambat maka akan berdampak pada rute pemberangkatan selanjutnya. Oleh sebab itu ketika saya masih bekerja di agen tour and travel merekomendasikan jadwal paling pagi kepada penumpang agar pesawat mereka tidak delayed karena pesawat sejak penerbangan terakhir malam harinya sudah parkir di bandara tersebut sehingga pemberangkatan perdana bisa lebih tepat waktu. Tapi bila Anda berangkat sudah melewati jam 7 atau jadwal penerbangan kedua pada hari tersebut maka sangat berkemungkinan Anda menalami flight delayed.
Keterlambatan pesawat tidaktidak semata oleh tingginya trafik penggunaan pesawat tapi juga kondisi bandara Soekarno Hatta sebagai bandara utama di Indonesia juga berpengaruh terhadap OTP. Pengaruh tersebut seperti tingginya trafik perjalanan pesawat dengan kondisi hanya 2 runway sehingga lazim bila Anda perhatikan banyak pesawat yang antri untuk mendapat giliran terbang. Oleh sebab itu, flight delayed tidak hanya terjadi disebabkan oleh alasan teknis seperti jadwal perawatan pesawat baik terjadwal atau spontan seperti kasus Lion Air yang menabrak burung dalam perjalanan Jakarta - Semarang hari Rabu lalu sehingga gangguan diluar dugaan tersebut mengganggu jadwal penerbangan selanjutnya. Itulah salah satu penyebab terganggunya lebih dari 50-an schedule penerbangan Lion Air tiga hari lalu selain pesawat juga dalam masa perawatan reguler. Akhirnya, setelah tidak teratasi lagi maka solusi tepat diambil Lion Air adalah membatalkan penerbangan pukul 17-00 Jumat lalu agar penumpang yang menumpuk akibat efek domino dua hari sebelumnya dapat terangkut dengan baik.