Mohon tunggu...
Rusydi Hikmawan
Rusydi Hikmawan Mohon Tunggu... -

Igauan guru sekolah dasar di kabupaten Lombok Timur, NTB.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Palsu

14 April 2010   09:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:48 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh Agus R. Sarjono

Selamat pagi pak,selamat pagi bu, ucapan anak sekolah

dengan sapaan palsu. Lalu merekapuun belajar

sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah

mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka

yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah

mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru

untuk menyerahkan amplop berisi perhatian

dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu

dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru

dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji

untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan

nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah

demi masa sekolah berlalu, mereka pun lahir

sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,

ahli pertanian palsu, insinyur palsu. Sebagian

menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi

mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu

dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu. Mereka saksikan

ramainya perniagaan palsu dengan ekspor

dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan

berbagai barang kelotong kualitas palsu.

Catatan menapaki:

Saya, sepertinya, pernah bertemu si pemilik Sajak Palsu itu. Tahun ketika saya lulus es-em-a. Saat itu sejumlah sastrawan berkunjung ke NTB, tepatnya di balai guru di depan sekolah saya. Buku yang saya dapat dari salah satu mereka pun sempat ditandatanganinya. Sajak Palsu mengingatkan saya proses mengajar saya sebagai guru saat ini. Membuat saya miris melihat tingkah polah guru yang telah membuat ahli-ahli palsu dan pembangunan palsu dari kelas-kelas mereka. Semoga saja, apa yang ditulis redaktur majalah Horizon itu tak lagi berkembang hingga kini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun