Tiap pagi kau bangun dari tidurmu. Beranjak dari ranjangmu. Menatap pagi untuk menarik napas yang tertahan sisa semalam. Kau berjalan ke kamar mandi, membasuh muka, gosok gigi, menatap cermin, dan kau sadar, kau masih menatap wajah yang sama.
Rutinitas, sejuta kali sudah kau mengutuk kata itu di hati dan kepalamu. Kau sangat benci rutinitas. Seperti racun, seperti virus, ingin kau hindari namun tak kuasa tuk berhenti. Kemudian kau mengutuk dirimu sendiri sejuta kali.Â
Kau mulai mempertanyakan hidup ini. Untuk apa? Untuk siapa? Kemana lagi harus kau langkahkan kakimu. Kau bingung, lelah mencari jawaban dari pertanyaan yang mungkin tak bisa terjawab dengan mudah.
Kau duduk di kursi, pikiranmu entah kemana, entah dimana. Kau berperang dengan dirimu sendiri. Siap menarik pelatuk yang kau bayangkan dalam kepalamu.Â
Kau ingin sudahi saja pagimu. Kemudian pergi, lari, entah kemana. Bosan di ruangan, lelah di keramaian, penat di bawah terik matahari, sesak dihimpit sepi, sepi yang tak bisa kau jelaskan lewat kata-kata. Kata-kata yang tak bisa kau tuangkan dari isi kepalamu.
Kau kesal pada dirimu sendiri. Kau butuh didengar, tapi tak ada yang peduli. Semua berperang di medan perang mereka sendiri. Mereka sama sepertimu. Mereka pura-pura bahagia, mereka pura-pura berbaur, mereka palsu, mereka sama sepertimu.Â
Lalu kau menarik napas untuk kesekian kalinya. Membuka matamu, menatap terik matahari. Mencoba menerima, seperti tidak ada pilihan lain, karena memang tidak ada.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI