Mohon tunggu...
Mena Oktariyana
Mena Oktariyana Mohon Tunggu... Penulis - a reader

nevermore

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Perspektif: Stereotip Negatif pada Film-film Non-Hollywood

12 Agustus 2019   11:28 Diperbarui: 13 Agustus 2019   07:40 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sama halnya dengan musik, film punya peran yang sama yaitu sebagai media yang bersifat universal dengan tidak terpengaruh oleh perbedaan bahasa, budaya, negara, agama, dll. Dan gue suka kesel kalo masih ada :

1. orang-orang yang menganggap remeh film-film Non-Hollywood. Iya gue paham kok Hollywood itu keren abis, efek visualnya oke, ceritanya oke, sutradaranya juga oke, aktornya apa lagi. Tapi, tidak semuanya bagus...... ada juga yang enggak banget dan ceritanya gak jelas. 

Ini sama ketika kita kenal sama orang, kita gak bisa menjudge orang islam itu semuanya baik, atau menjudge orang islam itu teroris. 

2. orang-orang yang menganggap perbedaan bahasa sebagai kendala buat mereka nonton film dari negera-negera lain seperti Perancis, Spanyol, Iran, dan negara-negara anti mainstream lainnya. 

Pertanyaan gue, terus kenapa lu masih nonton film-film Hollywood, Inggris, pake subtitle Bahasa Indonesia? Ini lucu si buat gue.

Dan yang paling penting jangan menjadikan keindahan film-film Hollywood itu sebagai justifikasi (pembenaran) kalo yang bagus itu cuma film Hollywood. 

Contoh sederhananya yang sudah diketahui banyak orang adalah film India alias Bollywood. Stereotip film India di negara Indonesia apa si? yang pertama dan yang paling melekat adalah film yang pasti isinya tari-tarian, nyanyi-nyanyi. Dan mungkin kalo buat jadi tontonan anak Milenial.... "Nggak banget" ahhaha. 

Tapi gue juga yakin si, pasti banyak milenial yang suka sama film-film India tapi gengsi buat "mengakuinya", dan kalian yang lahiran 93-95 pasti gak bakal bisa ngelupain Kuch Kuch Hota Hai, Kabhi Kushi Kabhi gam dll. Kalian bohong kalo gak inget lagu-lagu di film-film tersebut. Mayoritas pasti tau.

Stereotip itu kadang jadi label harga yang bisa mengatakan barang ini murah, barang ini mahal, barang ini enggak layak pake dll dll. Ketika melekat pada sesuatu, itu akan susah buat dihilangkan. 

Padahal dengan menonton film-film lintas negara, budaya, bahasa itu sangat berguna:

1. Lu akan jadi pribadi yang lebih berpikiran terbuka. Lu gak monoton dan lu anti-mainstream. Gak melulu nonton film-film dari negara itu itu aja.

2. Lu belajar mengenal budaya, dan bahasa negera-negara tersebut. Karena seperti yang kita tahu. Banyak film-film yang menyajikan isu-isu, dan kritik sosial terhadap masalah sosial di negaranya. Dengan begitu lu akan paham, film itu menunjukkan isu-isu sosial yang ada di negara tersebut. 

Bahkan kalo lu anaknya kritis, lu bisa memperdalam isu-isu tersebut dan bisa juga lu tarik benang merahnya dan lu kaitkan dengan isu-isu sosial yang ada di Indonesia. 

3. Menumbuhkan rasa empati dalam diri. Ketika lu nonton film yang berasal dari negara Afrika, tentang isu sosial seperti sulitnya menempuh pendidikan, atau isu perang, dan kelaparan. 

Kadang film-film seperti ini bisa membuka mata lu bahwa film bisa menjadi media representasi yang cukup bagus untuk melihat kenyataan ketimbang lu melihat berita mereka lewat media televisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun