Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan program PNPM sudah ada sejak 1998. Penulis tidak menutup mata bahwa ada beragam sukses story di balik program yang didanai dari utang Bank Dunia. Sebagaimana tampak nyata dari situs resmi World Bank yang mengatakan bahwa : Tujuan utama PNPM adalah mengurangi kemiskinan di seluruh provinsi di Indonesia melalui proses perencanaan masyarakat yang menghasilkan lapangan kerja dan berinvestasi pada proyek infrastruktur berskala kecil yang meningkatkan pembangunan desa individual dan kawasan perkotaan. Sejak 1998, Bank Dunia telah mendukung PNPM dan program-program terdahulu melalui kombinasi pinjaman dan bantuan teknis. (Lihat)
Kini, setelah 18 tahun berjalan, sudah kah program PNPM mencapai tujuan utamanya ? siapapun bisa dan diperbolehkan menilainya. Nah, bagi penulis keberhasilan dari program PNPM yang belum sempat disampaikan ke publik adalah adanya fakta nyata terkait betapa para pendamping Eks. PNMP begitu tergantung untuk menjadi pendamping abadi. Selain itu keberhasilan lain dari program PNPM adalah mejadikan para pendamping desa Eks. PNMP punya rasa katakutan yang berlebihan. Hal ini sangat tampak manakala Kementerian Desa membuka pendafataran baru untuk posisi pendamping desa secara transparan dan profesional sebagian para pendamping Eks. PNPM menolak untuk mengikuti seleksi.
Dampak lanjutan dari keberhasilan menanamkan rasa takut di benak para pendaping desa Eks. PNPM sebagaimana dipaparkan di atas, berujung pada lahirnya mental elitis yang membuat mereka selalu ingin dan minta diperlakukan secara istimewa. Hebatnya, mereka berkolaborasi dengan penguasa yang mengatasnamakan rakyat Indonesia. Hebat bukan ?
Keberhasilan lain dari pendamping Eks. PNPM adalah mudahnya mereka menuduh bahwa program rekrutmen pendamping desa yang dilaksanakan Kemendesa sebagai upaya menghabisi para pendamping “berpengalaman” (tanda kutip dari penulis). Tuduhan itu tampak dari salah satu tulisan berjudul: “Buset, Begini Cara Kemendes Habisi 12.000 Pendamping Desa Berpengalaman” yang tidak cukup punya keberanian menampakkan jati diri penulisnya, karena hanya memakai nama “merdesa” di kompasiana. Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/merdesa/buset-begini-cara-kemendes-habisi-12-000-pendamping-desa-berpengalaman_5731eb1a84afbddc078dda43
Nah, keberhasilan demi keberhasilan ini layak diapresasi. Karena dengan begitu berarti program PNPM tersebut telah banyak melahirkan para pendamping sejati dan abadi. Yaaa, sejatinya untuk segera disudahi jika tak mau mengikuti seleksi. Dan karena tak ada yang abadi di dunia ini, maka ambisi untuk menjadi pendamping desa abadi sebagaimana diinginkan sebagian para pendamping Eks. PNMP hanya akan membiarkan mereka menuhankan diri mereka sendiri. Sementara Tuhan miliki sifat laitsa kamitslihi syaiun, tidak sama dengan makhluk-Nya. Mudah-mudahan kita terhindar dari sifat-sifat firaun. Semoga. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H