Mohon tunggu...
memik zunainingsih
memik zunainingsih Mohon Tunggu... Sales - ibu rumah tangga

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melangkah Bersama JNE, Berbagi Kebahagiaan

31 Desember 2020   10:55 Diperbarui: 31 Desember 2020   11:04 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tahun kedua, aku menikah dan meninggalkan rumah bapak. Saat itu, kakak kembali pulang ke rumah setelah perantauan panjangnya di luar Jawa, mulai dari Papua, Maluku, terakhir Kalimantan. Memanfaatkan posisi rumah kami yang lumayan strategis, kakak membuka usaha sendiri di rumah. Namun, usaha kakak tak berjalan lancar. Sebaliknya konter bapak  mulai stabil dan memiliki pelanggan.

Operasional konter pun berubah dari manual ke komputer. Tentu saja, bapak dan ibu kesulitan mengikuti perkembangan teknologi. Kakak pun membantu bapak menjalankan konter JNE. Kakak pun bertugas sebagai penjaga konter dan pengantar barang ke gudang. Sementara bapak masih menjadi kurir. Pengelolaan dan izin usaha konter pun dialihkan 

Suatu siang, bapak sendiri yang ada di konter. Bapak tinggal sebentar ke kamar mandi. Setelah balok ke depan, laptop yang biasa digunakan untuk bekerja di konter hilang dicuri orang. Mungkin ini suatu keteledoran atau memang sudah kehendak Tuhan. Setelah itu, resi pun dibuat secara manual sampai kakak membeli seperangkat komputer untuk kembali menginput data.

Rencana Tuhan memang lebih indah. Setelah kejadian itu, konter JNE bapak semakin ramai. Saat itu di daerah tersebut sedang booming batu akik dan batu hias lainnya. Pengiriman paket batu cukup banyak hingga dalam sehari bisa beberapa kali ke gudang untuk setor paket. Iya, saat itu, kami belum memiliki mobil sehingga harus kirim dengan sepeda motor.

Setelah batu surut, toko online kian menggeliat. Karena usia bapak yang tak lagi muda, kakak mencari karyawan untuk menggantikan bapak menjadi kurir. Tahun berikutnya, kakak menambah satu karyawan lagi yang bertugas menjaga konter. Sementara kakak, pick up paket ke pelanggan dan setor barang ke gudang. Sesuai dengan kebijakan perusahaan yang baru, penyetoran barang datang tak lagi ke Solo tapi langsung ke gudang Sragen.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya bapak bisa membeli mobil. Meskipun hanya mobil bekas. Mobil tersebut sangat membantu dalam menjalankan usaha perkuriran. Penambahan fasilitas untuk memudahkan pengantaran dan pengangkutan paket sehingga mampu memberi layanan yang terbaik bagi pelanggan.

Di awal tahun 2018, kakak mendapat tawaran dari kantor JNE perwakilan Solo untuk mengkoordinir kurir JNE di salah satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Selain mengurusi kurir, kakak juga mendapat izin mendirikan satu sales counter lagi di kecamatan tersebut.

Konter dikelola oleh salah satu teman kakak. Sementara, kakak memiliki satu kurir di area barunya. Perkuriran di area baru ternyata ramai. Kakak pun terkadang harus ikut mengantar paket ke konsumen. Seiring berjalannya waktu, kurir bertambah satu orang lagi agar paket dapat diterima pelanggan dengan segera. Dan tahun berikutnya tambah lagi satu kurir.

Di akhir tahun 2019, aku pun kembali ke rumah ibu. Aku membantu kakak sebagai penjaga konter di konter bapak karena penjaga sebelumnya keluar untuk melanjutkan sekolah. Aku senang bisa bekerja di tengah-tengah keluarga.

Pada triwulan awal tahun 2020. Pandemi Covid 19 melanda Indonesia. Perekonomian nasional mulai goyah. Perusahaan tempat suami bekerja pun mendapat imbasnya. Banyak para karyawannya yang terkena PHK. Suami memang tidak turut kena PHK. Namun, ia akan dipindahkan ke cabang lain yang jauh dari rumah kami untuk mengisi kekosongan staf di cabang tersebut. 

Dengan beban pekerjaan yang lebih berat dari sebelumnya dan jauh dari keluarga tentu bukan sesuatu yang mudah. Dengan berbagai pertimbangan, suami pun resign dari perusahaannya. Tentu saja resign, tanpa pesangon dan ada bayang-bayang pembayaran pinalti ke perusahaan karena resign sebelum waktunya. Tapi niat kami sudah bulat, suami pun resign menjelang bulan Ramadan.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun