Keliru bila Demokrat menganggap kemahiran berbahasa verbal dan tubuh para calegnya akan menjadi kartu AS pada pemilu mendatang. Menjadikan mereka pemimpin idaman rakyat, yang dengan mudah akan merebut simpati serta kemenangan.
Keliru pula anggapan kemenangan SBY di 2004 dan 2009 semata karena ia mahir berkomunikasi dengan rakyat. Ada faktor lain yang lebih dominan dari itu, diantaranya; menggebunya kehendak publik akan sosok pemimpin yang baru, runtuhnya kepercayaan rakyat pada Megawati, pecahnya suara Golkar dan lainnya.
Memahami Hakikat Kepemimpinan
Kepemimpinan bukan cuma soal kemahiran berkomunikasi dengan yang dipimpin. Banyak prasyarat yang harus dimiliki olehnya, yang tentu tak semua orang memiliki.
Dalam khazanah ilmu pewayangan, dikenal delapan sikap atau laku pemimpin yang disebut dengan 'Hasta Brata.' Pertama Surya Brata, yang maksudnya seorang pemimpin harus dapat memberi penerangan. Ia harus mampu memberikan penjelasan ihwal maksud dan tujuan setiap keputusannya. Ia mesti cakap berkomunikasi dan mengajar untuk menjelaskan segala yang belum dimengerti rakyatnya.
Kedua Bayu Brata, yang maksudnya seorang pemimpin harus mengetahui dan memahami perasaan dan kehendak serta pikiran yang dipimpin, bersikap ramah tamah dan memiliki budi yang tinggi, sehingga dapat memberikan kesejukan. Ketiga Indra Brata, yang maksudnya seorang pemimpin harus dapat mengusahakan dan menjamin kesejahteraan lahir dan batin orang-orang yang dipimpinnya.
Keempat Dhana Brata, yang maksudnya seorang pemimpin harus dapat menggunakan harta kekayaan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama. Pemimpin bahkan harus memberi contoh sikap dan cara hidup sederhana. Kelima Sasi Brata, yang maksudnya seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang membuat dirinya disenangi orang yang dipimpin. Ini dapat diwujudkan dengan cara menyayangi dan menghargai rakyat. Keenam Yama Brata, yang maksudnya pemimpin harus tegas dalam menegakan keadilan, siapa salah wajib dikenai hukuman yang setimpal atas nama keadilan.
Ketujuh Pasa Brata, yang maksudnya dalam mengambil keputusan pemimpin harus berdasarkan pertimbangan dengan melihat fakta-fakta dan bijaksana, sehingga keputusan yang diambil tepat. Kedelapan Agni Brata, yang maksudnya seorang pemimpin harus mampu memberikan kehangatan, membangkitkan semangat bekerja orang yang dipimpin.
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, pernah berujar bahwa seorang pemimpin adalah produk masyarakat dan produk zamannya. Itu artinya, pemimpin dan Hasta Brata-nya tidak jatuh begitu saja dari langit. Ia pun tidak cukup jika hanya hasil olah sekolah kepribadian, bahkan yang skala internasional sekalipun.
Pun demikian, sosok pemimpin bukan lahir dengan merekayasa Hasta Brata, apalagi dalam kurun waktu sangat singkat dan dibentuk oleh segelintir orang saja. Hasta Brata terbentuk karena gesekan dan pergulatan antara pemimpin dengan rakyat, kondisi sosial, keprihatinan, tangisan dan lainnya.
Seperti Soekarno yang sikap indra bratanya lahir ketika melihat bangsanya sengsara karena ditindas kolonial selama ratusan tahun. Ia gerah ketika melihat rakyat lapar dan sengsara. Laku kepemimpinannya terbentuk di tengah gema tangisan di seluruh penjuru negeri.