Tahun ini adalah tahun yang sangat berkesan bagiku. Tahun-tahun dimana aku memijakkan kaki di 4 pulau terbesar di Indonesia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan provinsi di kepulauan lainnya seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Belitung.
Mendengar nama Belitong/Belitung lantas membuat aku teringat 11 tahun lalu ketika membaca novelnya Andrea Hirata, Laskar pelangi. seolah-olah Ikal itu dekat saja denganku, karena aku akan memijakkan kaki di latar cerita yang ada di Novel ini.
akhirnya beberapa waktu lalu aku memijakkan kaki di bandara H. AS Hanadjuddin. Nama bandara ini merupakan nama seorang bupati pertama di Belitung tahun 1967-1972 ( sumber: Museum Kabupaten Belitung).
perlahan aku menghirup udara dari segala penjuru mata angin di Belitung. Hal ini merupakan ritualku ketika sampai disuatu tempat yang baru pertama kali aku pijak. Ada harum khas tersendiri dari tanah tikap masing-masing daerah, ahhh rasanya candu sekali.
Destinasi pertama yang aku kunjungi adalah kopi legend di Belitung, yaitu kopi Kong Djie, berdiri sejak 1943 sebelum Indonesia merdeka. perlahan lidahku merasakan sensasi dari kopi ini, seolah-olah memori di kampungku Padangsidimpuan kembali hadir di pulau Belitung ini, kopi susu buatan umak dirumah, sama-sama menggunakan kayu bakar/arang untuk mendidihkan air kopinya, bedanya terletak pada kopi Kong Djie yang tidak memiliki ampas kopi sama sekali, rasanya mirip teh talua yang ada di Sumatera Barat, nikmat betul kopi ini pikirku.Â
Mumpung lagi di Belitung, ga afdol rasanya kalau melewatkan karya-karyanya Andrea Hirata, "Maestro Belitong"Â
akan aku lewati waktu di Belitung dengan berbagai fiksi yang ada didalamnya, semoga.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H