Mohon tunggu...
Mely Sagita
Mely Sagita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pergeseran Dinamika Kelompok di terminal Bus Unsri dari Transit ke Interaksi Sosial

5 November 2024   21:05 Diperbarui: 5 November 2024   21:25 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terminal Bus Universitas Sriwijaya (Unsri) menggambarkan sebuah evolusi sosial yang jarang ditemukan di ruang-ruang transit umum. Dari awalnya hanya tempat menunggu dan berpindah kendaraan, terminal ini telah menjadi wadah interaksi dan kolaborasi sosial yang mempertemukan berbagai lapisan masyarakat kampus dan sekitarnya. Transformasi ini mencerminkan sebuah realitas bahwa tempat-tempat publik tidak hanya berfungsi secara fisik, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan sosial.

Ketika berbagai kelompok, seperti mahasiswa, pengemudi, dan pedagang, berbagi ruang di terminal, mereka tidak hanya hadir sebagai individu yang memiliki tujuan berbeda, tetapi juga sebagai aktor sosial yang saling terhubung. Keberadaan pedagang kecil di sekitar terminal menambah nuansa ekonomi kerakyatan yang hidup, di mana mereka tidak hanya melayani kebutuhan fisik pengguna terminal tetapi juga menjadi bagian dari ekosistem sosial terminal itu sendiri. Dalam konteks ini, terminal berperan sebagai "komunitas mikro," yang secara tak langsung membangun kebiasaan saling mengenal dan peduli satu sama lain.

Perkembangan ini menjadi menarik ketika kita melihat bagaimana interaksi sosial di terminal menciptakan ruang belajar informal bagi mahasiswa. Berada di tengah keragaman aktivitas dan kelompok masyarakat, mahasiswa dapat belajar tentang dinamika sosial yang sesungguhnya di luar kelas, seperti bagaimana berkomunikasi dengan orang dari latar belakang berbeda, menyelesaikan konflik kecil, dan bernegosiasi dalam lingkungan nyata. Hal ini merupakan pelajaran berharga yang tidak selalu didapatkan di ruang kelas, namun sangat penting dalam membangun keterampilan sosial dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Namun, proses ini tidak terlepas dari berbagai tantangan yang ada. Fasilitas yang kurang memadai sering kali menjadi penyebab ketegangan antar kelompok, terutama saat terminal berada dalam kondisi penuh. Tanpa adanya manajemen yang memadai, gesekan antar pengguna bisa meningkat, terutama di saat-saat sibuk. Oleh karena itu, transformasi terminal menjadi ruang sosial tidak hanya memerlukan partisipasi dari penggunanya, tetapi juga komitmen dari pihak kampus dan pengelola untuk menyediakan fasilitas yang mendukung interaksi sosial yang sehat.

Dukungan fasilitas menjadi salah satu kunci penting dalam mendorong perkembangan positif dari interaksi sosial di terminal. Penambahan area tunggu yang nyaman, penerangan yang baik, hingga tersedianya papan informasi yang jelas dapat membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi semua kelompok yang ada di terminal. Ruang yang nyaman akan membuat para pengguna merasa dihargai, yang pada akhirnya mendorong mereka untuk terlibat dalam interaksi yang lebih positif dan produktif.

Terminal bus ini bisa menjadi contoh nyata bagi kampus-kampus lain tentang bagaimana sebuah ruang transit dapat dioptimalkan sebagai ruang sosial. Kampus yang mendukung aktivitas sosial di tempat-tempat publik secara tidak langsung juga menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan sehat bagi penggunanya. Sebuah terminal bus bukan lagi sekadar tempat berfungsi teknis, tetapi berubah menjadi titik temu dan pengikat sosial bagi komunitas kampus.

Lebih jauh lagi, kesadaran mahasiswa dalam melihat pentingnya interaksi sosial di tempat publik seperti terminal ini dapat menjadi penggerak untuk program-program sosial di kampus. Dengan mengadakan acara kebersihan bersama, misalnya, mereka tidak hanya memperbaiki kondisi terminal tetapi juga mempererat ikatan antar kelompok yang ada di terminal tersebut. Acara-acara kecil semacam ini dapat menjadi katalis dalam menciptakan komunitas kampus yang lebih terhubung dan saling mendukung.

Dalam konteks yang lebih luas, perubahan fungsi terminal di Unsri mengajarkan kita bahwa ruang publik memiliki kapasitas untuk mempengaruhi kehidupan sosial kita secara signifikan. Perubahan kecil dalam bagaimana kita menggunakan dan memperlakukan ruang publik dapat berkontribusi besar pada kesejahteraan komunitas. Dalam hal ini, terminal bukan lagi sekadar tempat tunggu, tetapi simbol kebersamaan dan integrasi sosial yang memperkuat nilai-nilai komunitas di Universitas Sriwijaya.

Oleh kelompok 1

1. Reva Nabila Azzahra 06151282328047

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun