Mohon tunggu...
Melynda Dwi Puspita
Melynda Dwi Puspita Mohon Tunggu... Penulis - linktr.ee/melyndadwipuspita

Sebutir pasir pantai asal Probolinggo, Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Agraria Selalu Ada: Transformasi Kesatria Ekonomi Nusantara

29 Desember 2022   10:01 Diperbarui: 29 Desember 2022   10:05 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program PENA Kemensos bantu petani garam (Sumber: Dokumentasi Kemensos via Liputan6.com)

“Hanya 6 dari 100 generasi Z (usia 15-26 tahun) yang berminat menjadi petani”.

Hasil survei JakPat yang dirilis pada November 2022 lalu tentu saja menampar wajah Ibu Pertiwi. Mengingat Indonesia pernah memperoleh gelar sebagai Negara Agraris berpuluh-puluh tahun lamanya. Kisah-kisah kebanggaan masyarakat dari bidang pertanian telah digaungkan semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar. Lantas, masih pantaskah pertanian diunggulkan dan mendukung pertumbuhan ekonomi masa kini?

Dikutip dari situs Institut Pertanian Bogor (IPB), agraria mengarah pada pembagian, peruntukan, dan kepemilikan lahan. Agraria juga meliputi pertanian, pertanahan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Pertanian bersama sub sektor lainnya memegang peranan penting terhadap kemajuan ekonomi dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) pertanian mencapai Rp 2,25 kuadriliun di tahun 2021. Sehingga berkontribusi dengan persentase 13,28% atau peringkat kedua terhadap PDB nasional. Sayangnya, nilai ini merosot 0,42% atau sebesar 13,7% dibandingkan tahun 2020. Tentunya, hal ini menjadi salah satu petunjuk bahwa agraria rawan akan ‘kepunahan’.

Sumber pendapatan di Indonesia (Sumber: Katadata)
Sumber pendapatan di Indonesia (Sumber: Katadata)

Seiring berjalannya waktu, posisi agraria menjadi terpinggirkan karena persoalan kekurangan lahan dan generasi yang enggan terjun ke bidang ini. Secara garis besar, faktor penyebab alih fungsi lahan terdiri dari interaksi ekonomi, sosial, dan juga teknis biofisik. Termasuk pula akibat kebijakan pembangunan wilayah dan infrastruktur. Padahal tidak hanya memenuhi kebutuhan bahan pangan, agraria dapat dipecah ke berbagai sektor lainnya, misalnya agrowisata. Menurut Handayani dkk. (2019), agrowisata memberikan tambahan penghasilan signifikan bagi petani skala kecil.

Indonesia harus segera mengakhiri sentimental terhadap agraria. Konsep reformasi agraria perlu secepatnya dilaksanakan. Pertama, memperbaiki sarana dan prasarana terkait agraria, contohnya pengurusan izin serta bunga pinjaman yang tidak memberatkan petani. Kedua, mengimplementasikan teknologi dan modernitas untuk meningkatkan hasil produksi. Ketiga, morotarium konversi lahan pertanian melalui perundang-undangan yang sah. Keempat, revolusi mental para muda-mudi dengan menghilangkan stigma negatif tentang pertanian, seperti kumuh apalagi miskin. Karena tanpa mereka, tiada lagi generasi penerus tonggak agraria. 

Program PENA Kemensos bantu petani garam (Sumber: Dokumentasi Kemensos via Liputan6.com)
Program PENA Kemensos bantu petani garam (Sumber: Dokumentasi Kemensos via Liputan6.com)

Kelima, menggenjot produksi pupuk dalam negeri yang selama ini menjadi permasalahan kompleks lantaran biaya tinggi. Keenam, menuntaskan jalur distribusi yang hanya menguntungkan tengkulak dan mencekik petani. Ketujuh, berkolaborasi dengan berbagai sektor untuk mengembangkan pertanian, seperti wisata dan budaya. Kedelapan, memberikan perhatian lebih tehadap pelaku agraria layaknya yang telah dilakukan Kemensos melalui program PENA (Pahlawan Ekonomi Nusantara). Salah satunya membantu petani garam Kusamba supaya dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Akhir kata, mengutip pernyataan mantan Presiden Perancis, Jacques Chirac, “Pertanian adalah kehidupan, kreasi, kecerdikan, dan kemurahan hati”. Tanpanya, kehidupan terhenti, ekonomi musnah. Mari dukung pertanian tetap eksis dan berkelanjutan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun