Mohon tunggu...
Melynda Dwi Puspita
Melynda Dwi Puspita Mohon Tunggu... Penulis - linktr.ee/melyndadwipuspita

Sebutir pasir pantai asal Probolinggo, Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selamatkan Bumi dari Kecanduan Teknologi

23 Oktober 2021   13:02 Diperbarui: 23 Oktober 2021   13:06 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak bermaksud mendiskretkan suatu merek, tetapi nyatanya jenis kabel charger yang digunakan juga berpengaruh terhadap dunia lingkungan. Dilansir dari Reuters, Uni Eropa berencana untuk menerapkan aturan penggunaan USB Type-C pada gawai seperti smartphone, tablet, dan headphone. Bukan tanpa alasan, sebab USB Type-C dinilai lebih ramah lingkungan karena mampu menghemat listrik hingga 293 juta dolar AS setiap tahunnya.

Bahkan untuk ukuran layar smartphone juga berpengaruh terhadap jumlah emisi karbon yang dihasilkan. Sebuah ponsel cerdas yang memiliki layar berukuran 6,4 inci, memproduksi 70 kg emisi karbon. Sementara ponsel berlayar 6,06 inci menghasilkan karbon lebih sedikit, yakni 62 kg.

#4 Pakailah Teknologi Sesuai Kebutuhan

Beberapa tahun lalu, kampanye Flight Shame begitu gencar dibicarakan. Fenomena ini digunakan untuk menyebut orang-orang yang tanpa rasa malu menggunakan transportasi udara. Walaupun menggunakan istilah dengan konotasi 'negatif', tetapi sesungguhnya hal ini memiliki tujuan positif. Banyak orang yang merasa bangga ketika menumpang pesawat, tanpa memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan (2509,08 kg Co2/tahun). Sehingga banyak penggiat lingkungan yang menyarankan (jika memungkinkan) untuk lebih memilih moda transportasi darat.

Sementara itu, saat di darat, kita (Orang Indonesia) cenderung menggunakan transportasi populer seperti mobil dan motor. Penggunaan sepeda sendiri baru booming ketika wabah COVID-19 datang. lmuwan Stanford University sempat menyentil Indonesia dengan menyebut kita sebagai negara paling malas berjalan kaki secara global (3.513 langkah/hari) pada tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa kita terlalu bergantung kepada teknologi.

Pada skala penggunaan teknologi secara pribadi, Indonesia juga menang telak. KOMINFO (Kementerian Komunikasi dan Informatika) menyampaikan bahwa dari total 274 juta penduduk Indonesia, 202 juta orang (73%) diantaranya merupakan pengguna internet pada tahun 2020. Untuk pengguna smartphone, kita berada di peringkat empat dunia, yaitu sebesar 160,23 juta orang.

Oleh karena itu, untuk mengurangi perasaan bersalah kepada bumi, dalam penggunaan smartphone, cobalah untuk mengubah pengaturan dari HD ke resolusi lebih rendah ketika tidak dibutuhkan. Usahakan menggunakan Wi-FI dan matikan sistem download aplikasi otomatis. Hapuslah beberapa pesan di kotak email dan unsubscribe beberapa email marketing. Sebab, setiap 20 email masuk setiap hari selama setahun, dapat menghasilkan karbon dioksida yang jumlahnya seperti mengendarai mobil sejauh 1.000 kilometer. Matikan mode backup data setiap hari, lakukan backup beberapa minggu sekali saja.

Selain itu, direkomendasikan menggunakan energi alam, seperti tidak perlu menyetrika jika hanya untuk baju-baju kasual. Bukalah jendela di siang hari untuk merasakan kesejukan AC 'air cendela' alami dibandingkan kipas angin. Serta kegiatan-kegiatan lain yang sebisa mungkin meminimalisir penggunaan teknologi dan listrik.

Demikianlah pemaparan terkait dampak ketergantungan manusia kepada teknologi terhadap bumi. Inilah cara saya untuk mendukung wujud nyata net-zero emissions. Nah, kira-kira sejauh mana usaha yang kamu lakukan untuk mempercepat net-zero emissions?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun