Mohon tunggu...
Mely Ferawati
Mely Ferawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

liked do research and writing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasca Demokratisasi, Myanmar Membuka Diri Terhadap Investor Asing

25 April 2023   09:22 Diperbarui: 25 April 2023   09:28 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.dica.gov.mm/sites/default/files/styles/news_detail/public/news/sing-2.jpg?itok=QVdreW5o

 Infrastruktur yang kurang memadai juga menjadi salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi, dimana hal tersebut juga mempengaruhi daya saing Myanmar di pasar global. Kesenjangan ekonomi dan ketimpangan distribusi terjadi antara pihak militer, pengusaha, dan rakyat kecil menjadi masalah serius pada masa itu. 

Setelah demokratisasi Myanmar memiliki kebijakan politik luar negeri terkait dengan investasi, hal tersebut membuat perubahan besar bagi perekonomian negara. Pertumbuhan pada 2019/2020 diperkirakan tumbuh sebesar 6,4 persen pada 2019/2020, didorong oleh permintaan domestik yang kuat. Pertumbuhan investasi di sektor transportasi dan telekomunikasi akan terus berlanjut seiring dengan rencana belanja infrastruktur pemerintah menjelang pemilu 2020. 

Disamping itu terdapat resiko penurunan yang berupa Perlambatan pertumbuhan global dan regional, terutama di Tiongkok, bersama dengan ketegangan perdagangan global, juga dapat menular ke Myanmar melalui jalur perdagangan dengan memperlambat permintaan eksternal dan masuknya investasi asing. Ketidakamanan di daerah perbatasan dengan kekerasan dan pemindahan paksa pengungsi di Rakhine, dan ketidakpastian dari proses hukum di pengadilan internasional dapat mempengaruhi sentimen investor. Berdasarkan pengalaman internasional, pemilihan umum 2020 dapat menambah sumber ketidakpastian lainnya.

Menurut laporan Doing Business 2020 Bank Dunia, Myanmar naik peringkat Doing Business dari 171/190 menjadi 165/190. Namun, sektor swasta Myanmar yang berkembang pesat terhambat oleh produktivitas yang rendah. Perusahaan membutuhkan akses yang lebih besar ke input faktor, konektivitas yang lebih baik, dan lingkungan bisnis yang mendukung untuk mendukung sektor swasta yang bertanggung jawab. Kehadiran aktor dan konflik bersenjata menambah tantangan tambahan bagi bisnis di sepertiga wilayah Myanmar.

Referensi:

Source, Statlink, and Myanmar Directorate. “SINGAPORE AND MYANMAR SIGN BILATERAL INVESTMENT TREATY,” no. August (2019): 1–7.

“Myanmar Economic Monitor December 2019: Resilience Amidst Risk.” Accessed April 25, 2023. https://www.worldbank.org/en/country/myanmar/publication/myanmar-economic-monitor-december-2019-resilience-amidst-risk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun