Mohon tunggu...
Melvin Darrell Anargya
Melvin Darrell Anargya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur. Saya Suka mendengarkan musik dan bermain game disaat waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Konflik Israel-Iran Terhadap Keseimbangan Kekuatan dan Keamanan Internasional

7 Desember 2024   19:24 Diperbarui: 7 Desember 2024   20:16 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Konflik timur tengah saat ini mulai menyebar ke beberapa negara lain. Dari awal konflik ini, Israel berperang dengan Hamas dan Hizbullah, dua kelompok militan yang didukung oleh Iran, sering kali bersekutu dalam konflik melawan Israel. Pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas, oleh Israel telah meningkatkan ketegangan regional dan memicu janji balas dendam dari Iran dan mitranya. Bahkan saat ini banyak oposisi Israel yang memiliki pemikiran anti - zionisme dimana mereka menganggap Israel sebagai negara tidak sah yang didirikan di atas tanah Palestina yang mereka diduduki. Mereka ingin melihat negara itu lenyap. Konflik timur tengah ini sendiri mulai mengguncangkan keseimbangan kekuatan dikarenakan negara - negara besar yang ikut campur dengan konflik ini. Seperti Amerika yang terus memberikan persenjataan dan sistem pertahanan kepada Israel, dan negara-negara seperti Rusia dan Korea Utara yang berencana membantu pasukan di Lebanon dan iran untuk melawan Israel. Konflik antara Israel dan Iran menunjukkan fenomena retaliasi yang berlarut-larut sehingga mendorong  terjadinya  ketegangan  kawasan/regional  yang  telah  bergejolak  akan  menuju konflik yang  semakin luas. 

Apabila perang ini terus berlanjut, maka keamanan negara negara yang berada disekitar area konflik juga tidak akan aman. Seperti bagaimana telah terlihat di berita bahwa Israel telah melanggar beberapa peraturan dalam peperangan seperti menarget anggota pers seperti pemegang kamera, dan wartawan yang meliputi berita pada daerah konflik. Atau saat Israel menargetkan persenjataan mereka kepada pekerja kemanusiaan (Humanitarian Workers). Semua ini mulai menimbulkan keresahan pada sekutu Israel sehingga membuat mereka mengancam memberhentikan pasokan senjata dan bantuan kepada Israel. Intervensi militer oleh negara-negara besar seperti AS dan Rusia dapat memicu reaksi berantai yang melibatkan banyak negara dan bahkan mencapai skala global. Misalnya, perang di Gaza telah memicu serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah oleh kelompok pemberontak Houthi yang juga didukung oleh Iran. Dan dalam perang Israel dengan kelompok Hizbullah juga merupakan hal yang cukup mengkhawatirkan. Berhubung Iran memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang apabila diserang berkemungkinan untuk menjadi sebuah bencana yang bisa berdampak hingga negara-negara di sekitarnya. Tentunya warga sipil juga dapat terkena dampak dari Peperangan ini.

Saat ini, Rusia mendukung Iran dalam konflik ini karena mereka berusaha untuk menjaga stabilitas geopolitik di kawasan tersebut tanpa mengganggu kepentingan strategis Rusia sendiri. Beberapa hari lalu, Israel dan iran juga meluncurkan serangan roket ke Iran. Serangan Israel diduga menargetkan perwira tinggi Iran serta pesawat bantuan kemanusiaan Iran untuk Lebanon dan Suriah. Namun, terdapat seorang komandan terkemuka dari Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), yang tewas dalam serangan Israel di pangkalan udara Rusia itu. Menurut saya, Peperangan antara Israel dan kelompok Hizbullah dapat menyeret negara islam lainya ke dalam peperangan ini. Dengan begitu, banyak contoh dari security dilemma yang dapat dilihat ketika  Israel memiliki kekhawatiran besar tentang ancaman militer yang ditimbulkan oleh Hizbullah. Israel telah meningkatkan kemampuan militernya, termasuk pengembangan sistem pertahanan udara yang lebih efektif dan peningkatan jumlah pasukan di garis depan. Namun, upaya ini dapat dipandang sebagai ancaman oleh Hizbullah, yang kemudian membalas dengan meningkatkan kemampuan militernya sendiri seperti saat Hizbullah meningkatkan kemampuan senjatanya, termasuk peluncuran roket dan rudal yang lebih canggih. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan serangan mereka, tetapi juga meningkatkan ancaman bagi Israel. Jadi pada akhirnya bisa dibilang bahwa upaya kedua pihak untuk meningkatkan keamanan dan kekuatan serangan mereka justru membuat kedua belah pihak berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan dalam konflik ini dengan cara saling memperkuat diri mereka masing - masing. Dan karena Israel sedang berlomba meningkatkan kapasitas militernya dengan mengerahkan lebih banyak pasukan dan memperkuat sistem pertahanan udara untuk mencegah serangan dari kelompok Hizbullah, aksi ini dapat dinilai sebagai aksi deterensi atau pencegahan dengan menakut nakuti oposisi Israel. Namun, nyatanya sejumlah oposisi Israel seperti Hizbullah tidak sepenuhnya takut oleh taktik Israel. Karena mereka telah menunjukkan ketahanan dan kesediaan untuk menghadapi kerugian besar tanpa perlu mundur dari peperangan. Pilihan mereka tentunya menciptakan tantangan bagi strategi deterrence Israel, karena Hizbullah mungkin merasa bahwa mereka dapat terus beroperasi meskipun menghadapi konsekuensi berat. Salah satu hal yang terjadi belakangan ini adalah ledakan pager dan perangkat elektronik di Lebanon telah menewaskan minimal 12 orang dan melukai lebih dari 2800 orang yang dimana sebagian besar korban adalah anggota Hizbullah dan warga sipil. Ledakan pager dan alat elektronik telah membuat Hizbullah yakin untuk menuding Israel sebagai dalang di balik insiden ini, yang kemungkinan besar telah memicu serangan retaliassi berupa peluncuran roket menuju Israel. Serangan roket dari kedua belah pihak dapat menyebabkan kematian dan cedera parah terhadap warga sipil.

Menurut saya, hal ini juga dapat disebabkan dukungan Iran kepada Hizbullah yang bisa menambah rumitnya situasi, karena setiap langkah oleh Israel dapat memicu reaksi  yang berpotensi memperburuk konflik dari Iran. Sempat juga terlihat dalam beberapa kasus lainya, Hizbullah  memilih untuk tidak memberikan balasan secara langsung terhadap provokasi Israel supaya mereka bisa menunjukkan bahwa mereka juga perlu mempertimbangkan resiko dalam keputusan yang mereka buat. Namun, jika situasi memburuk atau jika mereka merasa terpojok, mereka bisa saja melakukan serangan balasan yang lebih agresif. 

Mengapa aksi deterensi ini merupakan langkah besar dalam eskalasi perang Israel melawan oposisinya ?, Karena ketegangan antara Israel dan Hizbullah dapat memicu konflik yang lebih luas di kawasan tersebut. Jika semisal aksi deternsi ini gagal dan salah satu pihak memutuskan untuk mengambil tindakan agresif, aksi tersebut dapat menyebabkan eskalasi konflik yang ikut melibatkan negara-negara lain di Timur Tengah seperti Amerika Serikat, dan Rusia. Oleh karena itu, keterlibatan aktor internasional sangat penting untuk memantau dan mengarahkan jalannya konflik agar tidak meluas ke tingkat yang lebih berbahaya. Oleh karena itu, stabilitas regional sangat bergantung pada bagaimana masing-masing pihak dapat menilai dan memahami risiko dan manfaat dari tindakan mereka di masa depan seperti penggunaan senjata nuklir atau bahkan senjata pemusnah masal. Karena kita tentu mengerti apabila Amerika Serikat atau Israel melihat Iran bukan sebagai pendukung kelompok Hizbullah, melainkan sebagai ancaman langsung, maka  tindakan militer untuk mencegah perkembangan nuklir bisa memicu reaksi berantai yang berujung pada eskalasi global. Saya juga ingin memberikan pendapat saya mengenai aksi amerika serikat dan International Criminal Court. Menurut saya kelakuan amerika dalam beberapa pertemuan PBB dimana mereka menggunakan hak “Veto” mereka sudah melebihi batas, karena meskipun israel adalah rekan strategis amerika untuk daerah timur tengah, kelakuan israel telah terbukti melanggar hak kemanusiaan dan bahkan bisa dibilang mereka telah melakukan genosida terhadap warga Palestina, Iran, dan lebanon. Namun, pada akhirnya saat resolusi yang bisa berpotensi membawa perdamaian telah diajukan oleh anggota PBB lainya, Amerika tetap memilih untuk mengajukan hak “Veto” mereka. Dan beberapa waktu lalu, sempat beredar tanggapan ICC dimana mereka berniat untuk menyelidiki kemungkinan kejahatan perang yang dilakukan oleh kedua semua pihak, termasuk Israel. Jaksa ICC, Karim Khan, bahkan menyatakan bahwa ada alasan yang cukup untuk percaya bahwa para pemimpin Israel, Hamas, dan Hizbullah dapat bertanggung jawab atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi selama konflik ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun