Mohon tunggu...
Meltiana Lun
Meltiana Lun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sosial ekonomi pertanian

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Termenung

29 September 2023   12:24 Diperbarui: 29 September 2023   12:26 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku lebih memilih menatap sang hujan dari pada  duduk didalam dan hanya bisa mendengar suara gaduh dari hujan yang jatuh mengenai  atap rumahku, barangkali iya datang  bersama sebuah makna yang harus aku tintakan  pada secuil kertas putih.

Barangkali iya adalah hujan yang kemarin  membasahi tubuhmu yang saat itu ada di pelukan ku di jalan yang basah itu,yang kemudian matahari  mengubahmu dari genggaman manjadi uap yang berterbangan menjadi langit , kemudian merubah mu manjadi sebuah kristal berjuta warna yang di lukisankan dengan kenangan.

Kemudian matahari mengubahmu menjadi hujan lagi walaupun aku tau kau bisa kambali tapi tidak bisa dengan kenanganya....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun