Mohon tunggu...
melo
melo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lamunan Tentang Adanya Kecerdasan yang Dilatih dalam Permainan Tradisional

11 Oktober 2018   16:13 Diperbarui: 11 Oktober 2018   17:31 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mentari sudah ada di dekat-dekat penghujung barat saat saya melewati salah satu gang yang hanya sedikit-sedikit aspal itu. Saat setelah saya memberhentikan motor di sebuah warung samping jalan beberapa anak terlihat sedang asyik bermain. "Ping kala ping tulang anjing terjepit, burung satu mati satu lompat terjepit", demikian nyanyian itu membuat saya kembali teringat tentang permainan yang sangat saya kenal saat masih kecil ini. 

Masih teringat betul suasana saat dan setelah lagu ini dinyanyikan. Semua anak dalam keaadaan siap mengangkat jari di telapak tangan salah satu teman agar tidak menjadi penjaga tiang sedang yang lain bersembunyi.

Ping kala ping adalah nama permainan yang sedang mereka mainkan. Di Kota karang dengan hiasan pepohonan jati yang sedang meranggas pada September tahun ini mulai mengingatkan saya akan permainan-permainan tradisional lain yang dahulu pernah saya mainkan. Dalam perenungan saya sempat berpikir, sebenarnya bagaimana orang dahulu berpikir untuk menciptakan permainan ini? Apa sebenarnya fungsi dari permainan-permainan ini diciptakan?

Teringat saya pada pikiran Dworetzky (1990) yang pernah mengemukakan tentang fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peranan penting bagi perkembangan kognitif dan sosial anak. Bukan seperti kebanyakan ibu-ibu yang selalu membatasi permainan anak, orang bule ini justru menganggap permainan tidak saja dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral, kreatifitas dan perkembangan fisik anak. 

Dia kasih uraian tentang beberapa  fungsi bermain yaitu: mempertahankan keseimbangan, menghayati berbagai pengalaman yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari, mengantisipasi peran yang akan dijalani di masa yang akan datang, menyempurnakan keterampilan-keterampilan yang dipelajari, menyempurnakan keterampilan memecahkan masalah, meningkatkan keterampilan berhubungan dengan anak lain.

Demikian dalam hati saya mengaggap luar biasa cendikia ini, mampu melihat manfaat bermain yang justru sepertinya tidak pernah saya tahu bahkan saat sedang bermain. Dengan begitu banyak permainan tradisional yang sudah saya mainkan sejak kecil saya mulai mengira-ngira sebenarnya manfaat apa saja yang bisa saya dapatkan. Dalam pencarian saya tentang manfaat permainan tradisional itu saya mulai mengira-ngira dalam kebingungan cendikia siapa lagi yang bisa saya contek buah pikirannya. 

Saya pernah membaca di beberapa artikel dan teori yang paling dekat dengan jenis permainan itu adalah mengenai jenis kecerdasan pada anak. Saya bertanya dalam hati apa mungkin permainan yang kita mainkan ada hubungannya dengan kecerdasan kita?

Pada lembaran artikel cendikiawan luar negeri itu saya baca tentang beberapa teori, yang pertama adalah mengenai Multiple Intelegencies dari Howard Gardner (1993), dimana dia membagi kecerdasan anak kedalam 9 jenis yaitu: Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Matematis-Logis, Kecerdasan Visual-Spasial, Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Naturalis, Kecerdasan Eksistensial. Selain Howard, Stenberg (1996, 2001) dalam studinya tentang kecerdasan mengetakan bahwa kecerdasan merupakan perpaduan dari analis, kreatifitas, dan kemampuan praktis. Bercermin pada pengalaman saya sejak kecil saya seakan bingunng karena istilah cerdas sendiri biasanya disematkan hanya untuk siswa berprestasi di kelas.

Kembali ke memori tentang jenis permainan tradisional yang sering saya mainkan semasa kecil, saya mengingat betul beberapa jenis permainan yang paling sering saya mainkan. Sebagai seorang anak yang bertumbuh di Kota Kupang maka permainan seperti ping kala ping, senjata dari batang pisang, gasing, dan kacang panjang merupakan permainan tradisional yang biasa saya mainkan sejak kecil. 

Lalu apa hubungan Dengan teori tentang bermain dan kecerdasan, apa mungkin bermain dapat membuat kita cerdas? Apalagi permaianan tradisional yang pernah saya mainkan. Maka untuk bisa memahaminya saya mulai berpikir dengan teori dari orang bule bernama Howard tadi.

Ada Kecerdasan yang Dilatih Dalam Permainan Tradisional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun