Kurang lebih sudah 2 tahun berlalu sejak pandemi Covid-19 menyerang tanah air kita. Sudah banyak pula hal-hal yang telah kita lewati sepanjang masa pandemi tersebut. Berbagai macam sendi kehidupan mengalami dampaknya sehingga kemudian muncul kebiasaan-kebiasaan baru dalam aktifitas kita sehari-hari. Tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Sejak surat edaran Dirjen Dikti Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2020 tentang pencegahan penyebaran corona virus disease di perguruan tinggi. Surat edaran ini berisi tentang himbauan agar mahasiswa melakukan pembelajaran dari rumah, maka kegiatan pembelajaran di sekolah maupun universitas ditiadakan.
Pada masa awal-awal pembelajaran secara daring dari rumah ini membuat beberapa dosen atau tenaga pengajar dan mahasiswa cukup kebingungan dalam memilih aplikasi pembelajaran daring yang efektif untuk menyampaikan materi. Namun dengan adanya teknologi sebagai penunjang utama pembelajaran saat masa pandemic, proses belajara secara daring pun berangsur-angsur dapat menjawab tantangan pendidikan di abad 21 ini (Su'ga, 2020:606).
Dengan adanya kebiasaan baru seperti ini, yakni pembelajaran dilaksanakan secara daring maka pendidik juga mau tidak mau harus berkenalan sekaligus memperkenalkan metode pembelajaran menggunakan teknologi perangkat lunak berbasis web. Melalui perangkat lunak tersebut, pendidik (dalam hal ini dosen) menggunakan web untuk berbagi pengetahuan apabila mahasiswa dan dosen tidak berada pada waktu dan tempat yang sama. Di era informatika sekarang ini, media yang dapat digunakan cukup beragam seperti media cetak, media elektronik, dan media pendidikan yang memang dipersiapkan untuk memudahkan pembelajaran.
Durahman (2020:218) menyatakan bahwa media pembelajaran dengan sentuhan teknologi informasi dan komunikasi melahirkan konsep E-learning atau konsep pembelajaran daring. Pembelajaran secara daring ini dapat digunakan oleh siapa saja (everyone), dimana saja (everywhere), dan kapan saja (everytime). Pembelajaran ini lebih menitikberatkan pada efesiensi sebuah proses belajar mengajar (Nande dan Irman, 2021:185). Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan baru ini menjadi sebuah jawaban atas situasi pandemi covid-19 yang melanda dunia 2 tahun lalu. Bahkan pembelajaran daring ini tetap digunakan hingga saat ini walaupun pandemic sudah berakhir dan proses pembelajaran telah tatap muka.
Penggunaan media berbasis teknologi yang tepat akan menumbuhkan perhatian mahasiswa pada materi yang dipelajari, dengan bantuan media aplikasi diharapkan tidak mengurangi minat dan motivasi belajar mahasiswa. Penyertaan teknologi informasi ini seharusnya membuat mahasiswa mampu lebih berkonsentrasi dalam belajar dan diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih baik sehingga meningkatkan prestasi belajar walaupun pembelajaran dilakukan secara daring. Salah satu aplikasi atau alat bantu yang mendukung proses pembelajaran secara daring adalah aplikasi google classroom. Fitur yang terdapat dalam aplikasi ini cukup banyak sehingga dapat menjadi penunjang berbagai kegiatan baik itu penyampaian materi maupun evaluasi untuk mengukur sejauh mana indikator keberasilan dalam proses pembelajaran.
Melalui google classroom diharapkan mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran yang semestinya tanpa mengurangi minat belajarnya masing-masing. Google classroom merupakan aplikasi yang diciptakan oleh google yang bertujuan untuk membantu dosen dan mahsiswa apabila keduanya berhalangan menghadiri kelas, untuk mengoganisasi kelas serta sebagai media komunikasi dosen dengan mahasiswa tanpa harus terikat jadwa kuliah di kelas. Selain itu, dosen juga dapat memberikan tugas dan langsung membubuhkan nilai pada mahasiswa. Maka dari itu dapat diketahui bahwa google classroom sebenarnya sudah ada sebelum era pandemi melanda.
Pembelajaran secara daring sejatinya sudah mulai digalakkan jauh sebelum era pandemi muncul. Dengan kemajuan teknologi yang cukup pesat, pembelajaran secara daring hadir sebagai implementasi pemanfaatan teknologi internet guna meningkatkan lingkungan belajar dengan cakupan yang lebih luas. Pembelajaran daring adalah pembelajaran dengan menggunakan internet dalam prosesnya untuk mengirimkan serangkaian materi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Sabran dan Sabara (2019:122) menjelaskan bahwa setiap metode pembelajaran wajib memiliki rumusan pengorganisasian materi dasar, metode penyampaian, serta pengelolaan proses pembelajaran dengan memperhitungkan faktor tujuan belajar, karaktertistik mahasiswa sehingga mampu diperoleh efesiensi, efektivitas, serta daya tarik pembelajaran.
Google classroom secara resmi dirilis pada bulan Agustus tahun 2014 (Maulana, 2021:189). Selain digunakan sebagai ruang kelas secara online, google classroom juga dapat digunakan sebagai media penyampaian materi, tugas, dan absensi mahasiswa serta proses evaluasi penilaian tugas-tugas yang telah dikumpulkan oleh mahasiswa. Kelebihan lainnya ialah aplikasi ini mampu mengunggah video atau menautkan link video dari platform youtube serta terdapat forum diskusi yang dapat diberi komentar (Kusuma, 2019:157). Selain itu, biasanya dosen juga melakukan kelas secara daring melalui aplikasi yang masih terintegrasi dengan google classroom, yakni google meet. Aplikasi ini menyediakan ruang tatap muka secara virtual antar penggunanya sehingga kelas masih tetap bisa dilakukan.
Dalam proses pembelajaran, mahasiswa membutuhkan motivasi yang dapat berupa dorongan agar mahasiswa memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Salah satu yang dapat memberikan dorongan tersebut adalah dosen, ia memiliki peran yang cukup penting dalam menumbuhkan motivasi belajar pada mahasiswa. Dosen boleh saja menciptakan pembelajaran yang menarik menggunakan media pembelajaran yang dipilihnya. Media pembelajaraan dewasa ini sudah diarahkan pada pemanfaatan teknologi canggih dengan tujuan dapat memudahkan mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan secara efektif dan menyenangkan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa pada zaman ini secara organik sudah mempunyai life skill dalam menggunakan aplikasi teknologi tersebut. Era teknologi yang semakin canggih ini berbepngaruh terhadap program pembelajaran yang diarahkan agar dapat memanfaatkan teknologi dengan baik. Salah satu implementasinya dengan mengakses web. Hampir seluruh mahasiswa saat ini sudah mempunyai gawai atau smartphone yang memudahkan mereka untuk mengakses internet kapan pun dan dimana pun. Nirfayanti dan Nurbaeti, 2019:58) menjelaskan bahwa pemanfaatan pembelajaran daring yang terus dikembangkan hingga saat ini adalah menungganaka Learning Management System atau LMS.
Selama era pandemi berlangsung pembelajaran tatap muka ditiadakan hampir selama 2 tahun lamanya. Walaupun pada masa awal-awal pandemi tidak sedikit yang kebingungan dengan kebiasaan baru dalam proses pembelajaran secara daring, tetapi pada akhirnya dosen dan mahasiswa mampu beradaptasi dengan kebiasaan baru tersebut. Bahkan dengan adanya teknologi google classroom dan lainnya, dosen justru dimudahkan dalam penyampaian materi karena tidak bergantung pada ruang dan waktu sehingga proses pembelajaran dapat dilangsungkan kapan pun dan dimana pun. Selain itu, dosen juga dimudahkan dengan dapat menyimpan materi bahan ajar yang dapat diakses smartphone atau gawai dengan jaringan internet.