Ingin pulang cepat hati tak tenang. Masih dikejar-kejar deadline soalnya. Kalau malam hari tidak kelar alhasil di hari Jumat harus masuk pagi. Padahal, pagi ada kursus yang sayang untuk ditinggalkan.
Jam di dinding kantor sudah menunjukkan pukul 00.00. Ini dicepatin, seharusnya baru pukul 23.37. Nggak bisa dipungkiri sang takdir, mata sudah sepet, pedih plus ngantuk.
Teman pun satu per satu telah meninggalkan ruangan yang berada di lantai sembilan gedung yang terletak di kawasan Jakarta Selatan ini.
Waduh, gawat nih I’ve no idea. Otakku tidak bisa kerja lagi kalau udah jam segini. Ditambah lagi alur berita yang ingin kuketik belum jelas. “Kirim dah,” suara teman mengganggu lamunanku.
Ucapan itu menjadi tanda, kantorku akan SEPI… Meskipun ga ada kejadian aneh, tidak nyaman lah berada di ruangan yang kira-kira seluas lapangan sepakbola tanpa ada teman, hanya puluhan meja kursi dan PC (Personal Computer) .
“Semangat donk…tak,” seruku dalam hati menyemangati otakku yang pengen istirahat. Sebenarnya aku bisa semangat lagi jika ada sang kopi. Masalahnya, aku lupa beli tadi siang.
Di tengah perang antara kantuk dan semangat menyelesaikan pekerjaan, “Tutlutut,trulkuttut,” begitu nyaringnya teleponku bersuara di dalam tas. Ku ambil dan kubaca, “uda.”
“Uda jalan ya!” suara suami terdengar nyaring. Wah suamiku tersayang akan menjemput nih. Tiba-tiba saja ide pun bermunculan. Jari-jari tanganku yang jauh dari lentik menari lincah menekan, meloncati huruf-huruf dan tanda baca di keyboard PC.
“Truttttytytuut,” bunyi telepon selularku. Wah sudah lah kuputuskan untuk mengikuti tawaran pulang sang suami. Aku lari ke lift yang membawaku ke lobi lantai satu. Suamiku yang baik sudah menunggu di luar dengan muka happy. “Wah tampaknya dia ada rezeki tuh…mau dunk dia traktir aku KFC 24 jam Pondok Indah,” hatiku berkata…Ku hampiri dia dan …. Ngacirrrrrrr…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H