Guru, Tidak ada satu pun sistem ideologi di muka bumi ini yang menempatkan Si Miskin itu berharga selain Marxisme. Sekalipun Buddha, Kristen, Islam tiada dapat memberikan itu jikalau tidak diterjemahkan melalui Marxisme. Semua agama tidak pernah berkata bahwa Kekuatan ada di Si Miskin, baru Marxisme, ya! Baru Marxisme. Karena agama tanpa Marxisme tidak dapat menjelaskannya dan tidak mungkin menyatakannya. Agama membela Si Miskin tetapi dalam kemurahan hati Si Kaya, bukan karena itu suatu kewajiban alamiah, dan itu merusak harga diri Si Miskin, tidak ada Man in Natural. Tanpa Marxisme, agama tidak akan pernah mengakui Si Miskin sebagai manusia sebenar-benarnya. Tidak ada satu pun ideologi di muka bumi ini yang menggariskan kesetaraan manusia di muka bumi selain Marxisme. Kubilang di dunia ini, sekali lagi di dunia ini, bukan di Surga, bukan di Nirwana, bukan di Taman Eden, bukan di Firdaus. Jikalau ada berikan kepadaku Guru! Mungkin Aku belum mengetahuinya maka Aku akan mempelajarinya.
Guru Filsuf Yunani, Socrates
Semua sistem ideologi yang ilmiah tidak ada yang memberikan harga diri pada Si Miskin.Tidak, sampai lahirnya Karl Marx dan Engels, duet sosialis itu memberitahukannya kepada kita. Awalnya kita pahami, Si Miskin itu sesuatu yang hina, Si Miskin itu bukan manusia, dengan berlomba menjadi kaya itulah solusi, bagaimana caranya yang penting kaya, biarkan orang lain miskin tetapi saya kaya, harus ada yang kaya dan miskin itu sudah takdir, hanya jangan sampai kita termasuk yang miskin itu. Sampai akhirnya duet sosialis mengatakan berbeda. Duet itu mengatakan, manusia dari zaman purba tidak mengenal kaya dan miskin, bahkan saat kita lahir dan mati tidak ada kaya dan miskin, maka kaya dan miskin adalah hasil perbuatan kita, seharusnya kaya dan miskin ini dapat kita hilangkan dengan merubah perbuatan kita yang melahirkan keadaaan kaya dan msikin. Bahkan Si Miskin diangkatnya sampai ke langit ketujuh, dengan mengatakan bahwa kalian sebenarnya ujung tombak setiap pergerakkan sejarah dan hanya melalui kalian yang dihinakan dunia terletak tugas melahirkan kebenaran yang sejati di muka bumi.
Mengapa Si Petani, Si Nelayan, Si Buruh, bahkan sampai Si Gelandangan dan Si Anak Jalanan merapat ke Marxisme? Dalam hati mereka, karena hanya Marxisme yang menganggap mereka ada, yang lain tidak menganggap mereka ada, hanya Marxisme yang mengatakan mereka tulang punggung dalam setiap sejarah. Hanya Marxisme yang memberikan mereka harga diri, hanya Marxisme yang memberikan mereka sebuah tugas suci, bukan kepada para nabi, bukan kepada panglima, bukan kepada para ulama. Marxisme benci miskin dan kemiskinan tetapi pembela sejati dari Si Miskin. Hanya Marxisme yang membenci kemiskinan namun membela Si Miskin. Hanya Marxisme yang tidak mempersalahkan si anak jalanan yang merusak ketertiban, Marxisme berkata kondisi sosial yang bersalah bukan si anak itu. Hanya Marxisme yang tidak mempersalahkan wanita pelacur yang merusak moral dan etika itu, Marxisme berkata kondisi sosial yang menciptakan pelacur, yang bersalah bukan si wanita itu.
Hanya Marxisme yang teguh memandang manusia adalah manusia. Manusia-manusia yang lahir dalam keadaan-keadaan yang dibenci Marxisme dipandang sebagai kesalahan keadaan bukan si manusia yang hidup dalam keadaan itu. Marxisme berkata semua manusia ingin menjadi baik, semua manusia ingin memperdulikan sesamanya, semua manusia ingin dihargai, semua manusia ingin dianggap ada, semua manusia ingin melakukan yang benar. Namun semua manusia dapat melakukan semua “ingin-ingin” itu jikalau keadaan menyenangkan bagi manusia untuk melakukan itu. Jikalau keadaan tidak menyenangkan dengan “ingin-ingin” itu maka selesailah itu sebagai “ingin dan ingin”. Neraka lah bumi ini, lebih rendah dari binatang lah manusia itu, para penjahatlah yang berkuasa, berlomba-lombalah semua menjadi penindas dan perampok, berlomba-lombalah semua menjadi pendekar jahanam, berlomba-lombalah untuk munafik. Adakah selain Marxisme yang mengatakan bahwa “ingin-ingin”-nya kita itu bisa dibuat di bumi? Selain hanya ditemukan di Surga?
Dan Sekali lagi kukatakan kepada Guruku: “Guru, Berikan Kepadaku Sistem Ilmiah Pembela Si Miskin Selain Marxisme!” Dan Guruku terdiam….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H