Berbagai langkah dan upaya dari tahun ke tahun telah dilakukan pemerintah melalui kementrian dan lembaga terkait untuk mengantisipasi lonjakan harga pada bulan Ramadhan Dan Idul Fitri ini, karena tugas Pemerintah untuk menutup celah yang memberi peluang terjadinya spekulan agar ketersediaan pangan selama bulan Ramadhan dan Lebaran tercukupi dan terjangkau masyarakat. Seiring pemerintah ingin memenuhi ketersediaan pangan selama bulan Ramadhan dan lebaran, temuan peredaran beras plastik beberapa waktu yang lalu di Bekasi, juga membuat masyarakat menjadi terganggu dan tidak nyaman menjelang Bulan Ramadhan. Hal ini dikarenakan beras merupakan bahan makanan pokok kita atau mayoritas masyarakat Indonesia yang menyukai nasi. Beras juga banyak dikelola untuk bahan makanan lainnya seperti bubur, ketupat/lontong, dan lain sebagainya, banyak dipakai untuk kuliner dalam berbuka puasa dan sahur.
Sementara itu, Operasi beras plastik yang digelar tim gabungan di Pasar Wonogiri, Wonogiri, pada 1 Juni 2015, tidak menemukan adanya beras plastik. Kapolres Wonogiri, AKBP Windro Akbar Panggabean, mengatakan sudah perintahkan jajaran Polsek se-Wonogiri menggelar Operasi Beras Plastik serupa bersama pimpinan muspika setempat, di Wonogiri tidak beredar beras berbahan plastik. Kepolisian Resor (Polres) Kota Pariaman, Sumatera Barat, pada 3 juni 2015, melakukan razia beras plastik kesejumlah tempat. Kepala Diskoperindag Pariaman Gusniyetti Zaunit menyatakan pihaknya juga telah melakukan pemantauan ke lapangan terkait peredaran beras plastik hasilnya untuk daerah Kota Pariaman tidak ada ditemukan beras plastik. Pemantauan akan terus dilakukan sampai bisa dipastikan aman dari beras plastik. Sementara, Kapolri Badrodin Haiti, terkait beras plastik mengatakan, dari hasil uji laboratorium yang dilakukan empat lembaga, dipastikan tidak ditemukan kandungan plastik di sampel beras. Pemerintah mengimbau masyarakat tidak resah dengan isu beras plastik.
Untuk pengamanan harga beras menjelang Ramadhan dan Lebaran 2015, pemerintah dalam hal ini Bulog telah menyatakan siap melakukan operasi pasar (OP) bila diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisinya. Berharap persediaan pangan bisa dipenuhi dari stok lokal atau dari para petani, sehingga pemerintah tidak harus membuka kran impor. Data Bulog menyatakan bahwa persediaan beras secara nasional cukup untuk kebutuhan lima setengah bulan ke depan. Saat ini stok beras di gudang Bulog mencapai 1,3 juta ton. Adapun pengadaan beras dalam negeri oleh Bulog mencapai rata-rata 25.000 ton per hari atau total sebanyak 1,1 juta ton dari target 2,75 juta ton tahun ini. Persediaan beras diperkirakan akan terus bertambah, karena panen padi juga masih terus berlangsung di sejumlah daerah.
Data dari Bulog diperkuat dengan berita dari Kementerian Pertanian dan Biro Humas yang disadur dari Surat Kabar Harian Kompas, edisi 27 Mei 2015, yang menyatakan, Kemendag, menjamin stok beras nasional aman sampai Lebaran, stok beras sampai Juli 2015 diperkirakan sebanyak 10.113 juta ton, stok beras di Perum Bulog saat ini sebanyak 1,3 juta Ton, stok indikatif di penggilingan beras sebanyak 5,4 juta ton dan 165 pasar di Indonesia sebanyak 246.500 ton. Pemerintah juga telah menyatakan menjamin ketersediaan bahan pangan dan keterjangkauan harganya oleh masyarakat dalam menyambut bulan Ramadan dan Lebaran 2015, sebagaimana yang dikatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil bahwa pemerintah akan berupaya agar harga bahan pangan pokok di bulan Ramadan dan lebaran 2015 tidak mengalami lonjakan seperti tradisi sebelumnya. Oleh sebab itu, Pemerintah akan mempercepat penyaluran beras miskin dalam bulan Juni ini untuk menghadapi Lebaran pada pertengahan Juli 2015. Kecukupan bahan pangan pokok di pasar merupakan salah satu syarat yang akan membuat inflasi mencapai target yaitu inflasi empat persen plus/minus satu persen pada tahun ini. Selain beras sebagai makanan pokok mayoritas masyarakat, pemerintah juga menjaga kecukupan gula, daging sapi, daging dan telur ayam ras.
Berdasarkan data diatas, isu beras plastik yang merebak beberapa waktu yang lalu, tidak mempengaruhi atau membuat masyarakat ragu mengkonsumsi beras dalam bulan Ramadhan. Karena faktanya dapat dikatakan tidak ditemukan beras sintetis di beberapa daerah di Indonesia dan pemerintah pun menjamin seperti pernyataan Kapolri yang mengatakan, dari hasil uji laboratorium yang dilakukan empat lembaga, dipastikan tidak ditemukan kandungan plastik di sampel beras. Pemerintah mengimbau masyarakat tidak resah dengan isu beras plastik. Pernyataan-pernyataan tersebut meyakinkan bahwa peredaran beras plastik dapat dikatakan sangat kecil atau dapat dikatakan tidak ada, karena kalau ada beras dari plastik maka biaya proses plastik menjadi beras akan memakan biaya yang lebih mahal dari beras asli. Oleh karenanya meyakini hanya ada keinginan dari seseorang atau sekelompok orang saja yang ingin memperkeruh suasana agar citra pemerintah dimata masyarakat menjadi negatif, khususnya menjelang bulan Ramadhan 2015 ini.
Namun demikian, yang tidak kalah penting sekarang ini adalah bagaimana pemerintah memastikan atau menjamin bahwa stok beras dan bahan pangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada bulan Ramadhan dan Lebaran 2015 dalam kondisi yang cukup, aman dan terjangkau. Masyarakat diharapkan tidak perlu resah dan mempercayakan kepada pemerintah yang sudah berpengalaman di dalam mencukupi kebutuhan pokok pada acara-acara hari besar. Dengan demikian masyarakat khususnya umat Muslim dapat beribadah dalam bulan ramadhan secara “khusus” dengan tidak lagi memikirkan permasalahan-permasalahan yang di jamin oleh negara.