Tanggung jawab manusia menurut kitab Pengkhotbah
Ada lagu yang sangat populer dalam kalangan Kekeristenan yang berjudul hidup ini adalah kesempatan. Berbicara tentang kesempatan berarti berbicara tentang tanggung jawab manusia selagi dia hidup di dunia. Yang menjadi pertanyaannya adalah apa yang menjadi tanggung jawab manusia mengingat bahwa hidup ini sia-sia dan penuh misteri? Apakah yang disarankan pengkhotbah untuk dilakukan agar dapat manusia dalam pencariannya akan hidup ini? Paling tidak ada enam hal yang pengkhotbah paparkan kepada kita yaitu
1. Hiduplah dengan bijak. Walaupun hikmat itu punya kelemahan  ( 1:8), itu dapat ditiadakan oleh sedikit kebodohan saja (10:1), ia tidak kekal. ( 4:13-16) dan tidak dapat mencegah kematian artinya seberapa berhikmat apapun dia, yang dia tidak bisa dilakukannya adalah dia tidak bisa mencegah kapan maut menjemputnya, namun demikian mempunyai keunggulan-keunggulan. Adalah lebih baik berhikmat dari pada bodoh atau terkenal karena hikmat membantu memelihara kehidupan dan menentramkan kehidupan, memberikan kekuatan, membuat manusia merenungkan seriusnya hidup dan mati, dan dapat membuat wajah orang menjadi cerah. Hikmat manusia, hikmat yang diperoleh dengan mengejar pengetahuan tidak cukup, tetapi hikmat sorgawi memungkinkan manusia bersandar pada jalan kuasa tertinggi menurut waktu yang ditetapkan-Nya.
2. Beribadah dan menyukakan hati Tuhan. Ibadah yang pantas menuntut kesadaran akan Kehati-hatian dan pemahaman akan kehadiran Allah. Keterikatan kepada Tuhan harus dilaksanakan dengan bijaksana dan tidak tergesa-gesa, tetapi setelah keterikatan itu terjadi, maka si penyembah harus menepati janjinya. Manusia seharusnya mempunyai keinginan yang kuat untuk menyenangkan hati Tuhan.
3. Ingat akan Allah. Lebih daripada latihan mental, ini berarti mengakui kedaulatan Tuhan dalam setiap hidup manusia, sehinggga suasana apapun yang dihadapi oleh manusia apakah itu sedih, senang, kekurangan, kelimpahan manusia harus menggenapinya dengan penuh kesetiaan akan janji Tuhan bahwa Dia akan menolong kita indah pada waktunya.
4. Takut akan Tuhan. Takut akanTuhan adalah inti dari sastra hikmat mengacu pada Amsal 1: 7 disana dijelaskan bahwa takut Akan Tuhan adalah awal permulaan pengetahuan, dan ditegaskan juga dalam kitab ini ( pengkhotbah) sebanyak lima kali, memerintahkan manusia untuk takut akan Tuhan. Untuk mengenali siapa Dia, dan untuk menanggapinya dengan ibadah yang hormat, penuh keagungan, penuh kasih dan penuh ketaatan.
5. Rajin. Hidup ini penuh ketidakpastian. Itu berarti pengetahuan manusia relatif sedikit. Ekspresi  "engkau tidak tahu dinyatakan sebanyak tiga kali" dalam Pengkhotbah 11:2, pasal 5 dan 6, untuk menunjukkan ketidaktahuan manusia tentang bencana apa yang mungkin datang dan kapan, kemana angin bertiup, bagaimana janin manusia bertumbuh dalam rahim, atau usaha apa yang dan investasi apa yang akan menghasilkan untung. Ketidaktahuan tidak perlu membuat kita tidak berdaya dan menjadikan kita malas. Sebaliknya, kita berhenti berusaha untuk sesuatu yang tidak dapat diubah. Atau berusaha meramalkan apa yang tidak dapat kita ketahui, oleh karenanya manusia harus bekerja keras sepanjang hari dan bekerja dengan sepenuh hati dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan. Kemalasan mengakibatkan masalah bertambah banyak ( misalnya atap yang runtuh dan bocor, Seperti yang digambarkan dalam pengkhotbah 10:18).
6. Nikmati hidup. Charles lamb mengatakan Secara teoritis saya meyakini hidup Harus di nikmati Tapi kenyataan justru sebaliknya  Karna tak semua harus di nikmati apakah benar demikian tentu saja tidak. Kenyataan bahwa Salomo menasihati pembacanya agar tidak mencari jawaban dalam kesenangan hidup. Itu tidak mengesampingkan bahwa dia mendorong mereka untuk menerima bagian ( Heleg ) atau nasib mereka dalam hidup ini dan untuk Menikmati kesenangan hidup termasuk makanan, kehangatan, perkawinan dan melalukan hal yang baik.
Kesenangan-kesenangan hidup ini bukanlah tujuan hidup manusia merupakan bounus atau hiburan yang harus diterima dengan ucapan syukur. Kenyataan bahwa kesenangan ini adalah kepuasan manusia mengesampingkan asketisme, dan kenyataan bahwa semua itu diberikan oleh Allah mengesampingkan hedonisme yang menimbulkan dosa.
Castelino meringkas dengan baik pesan kitab pengkhotbah, yaitu: kesampingkan semua usaha dan kerja keras, hindari semua pikiran tentang keputusan Allah atas dunia, bersyukur buat kepuasan apapun yang Allah berikan kepadamu, menghargai dan menilai sesuatu sebagai karunia dari Dia dan menikmatinya dan jangan lupa apa yang Tuhan percayakan kepada kita harus mempertanggungjawabkannya dihadapan Dia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H