Mohon tunggu...
Meliya Indri
Meliya Indri Mohon Tunggu... Guru - Innallaha ma'ana

Semoga kita bisa berteman..

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mengurangi Beban Benci dengan Meminta Maaf

15 April 2014   00:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:41 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari mencoba berfikir dan menghitung, berapa banyak kerugian yang saya alami karena membenci dan dengki juga iri dengan seseorang? Membenci di sini (saya) banyak sebabnya. Saya sadar saya manusia biasa yang terkadang di luar dari kontrol saya, saya sedikit membenci seseorang. Benci banyak sebabnya, karena perlakuan yang kurang adil, bahkan kadang sikapnya yang tidak sesuai dengan keinginan saya (tidak patut dicontoh), merasa sebagai pihak yang disakiti, dan diperlakukan buruk. Ketika merasa dirugikan, pikiran negatif akan hinggap di pikiran dan bisa saja perlakuan apapun saya lakukan untuk membuat orang itu kesal (sekali lagi ini tidak patut dicontoh). Ini yang kadang membuat saya ketar-ketir. Kalau tak bisa me-manage dan mengendalikan perasaan saat kalang kabut, kapan saya menjadi perempuan dewasa?

Beberapa kali mendapat panggilan interview kerja saya selalu mendapat pelajaran baru. Entah akhirnya saya diterima kerja atau tidak, di luar itu saya selalu memperoleh pelajaran baru yang tersirat yang menjawab permasalahan pribadi yang saya alami. Tidak hanya itu, kadang saya membaca sesuatu yang kebetulan ternyata sesuai dengan yang sedang saya alami, atau berjumpa dngan seseorang/ cerita seseorang yang dari situ menjawab keraguan saya mengenai suatu masalah, atau memantapkan keragu-raguan saya mengenai sesuatu. Tuhan selalu luar biasa baik kepada saya. Ia selalu menghadirkan pencerahan tak terduga. Membuat saya berfikir berulang-ulang bahwa yang saya pikirkan adalah dari penilaian dan pandangan saya pribadi. Tidak berhenti menyalahkan orang lain adalah bentuk lain dari benci yang saya alami. Bagi saya benci selalu mendatangkan efek negatif, proses menjadi lebih baik terhambat, tidak punya semangat untuk berkarya lagi. Lama-lama rugi sekali kalau proses belajar terhenti gara-gara masalah yang sebenarnya kecil.

Sebagai manusia sering kali merasa paling benar, menganggap yang lain salah, dan kurang tepat sehingga tidak mau mengerti. Mengagung-agungkan kaca mata sendiri. Sehingga setiap kali mendapat masalah selalu menyalahkan orang lain dan tak mau mengerti. Ujung-ujungnya benci karena tidak mau mengerti berimbas perbedaan pandangan sampai nyinyir. Beda pikiran membuat diri membenci orang, sampai dengki, ujungnya iri juga. Iri berarti tidak sadar bahwa keadaan saya sekarang adalah yang terbaik menurut Tuhan. Sama saja berprasangka buruk kepada Tuhan. Ini yang membuat manusia tidak berfikir bahwa rencana Tuhan selalu indah. Kehendak Tuhan selalu yang terbaik untuk manusia. Jika setiap saat bisa berprasangka baik kepada Tuhan alangkah damai hidup saya.

Ketika sadar bahwa pandangan pribadi saya yang tak terkontrol merugikan saya sendiri juga orang lain, saya merasa menjadi orang paling buruk. Ketika tak bisa menjaga hubungan baik dengan seseorang, seperti ada beban. Beban benci, yang sewaktu-waktu membuat saya sakit hati ketika melihat seseorang yang awalnya adalah teman baik. Beban benci yang sewaktu-waktu memanggil kenangan-kenangan lama yang bikin sakit hati. Sakit itu tidak enak, lebih-lebih sakit hati. Karena itu saya kadang mencoba minta maaf. Awalnya agak ragu, karena mau melepas sakit hati saya paksakan. Harapannya tentu supaya semua sakit bisa runtuh. Tanpa peduli gengsi. Setelah minta maaf, perlahan beban benci akan hilang. Saya tidak tahu besok bagaimana yang jelas, saat mengucapkannya sberti ada yang ikut keluar dan rasanya plong...

Saya manusia, saya belum bisa luput dari kesalahan. Pada akhirnya permintaan maaf diterima ataupun tidak, saya sering tak peduli. Yang terpenting adalah sekarang. Maaf.... apa salahnya kalau tetap dicoba diucapkan. Tentu saja dengan harapan supaya kesalahan tidak saya ulangi. Jadi semoga saya, dan kita semua bisa hidup tenang.

Saya selalu percaya meminta maaf selalu bisa meruntuhkan benci dan mengurangi sakit hati.

Untuk sahabat yang mengerjakan salat, selamat Magrib... Semoga doa-doa masih bisa terus mengalir untuk kalian.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun