Mohon tunggu...
Melisa Angelina
Melisa Angelina Mohon Tunggu... Lainnya - Cubing never stops, neither does writing

Cuber. Writer. Dominan otak kiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bisakah Eco Enzyme Dimanfaatkan sebagai Hand Sanitizer?

23 Februari 2022   13:08 Diperbarui: 23 Februari 2022   18:38 3160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama eco enzyme mendadak viral di berita online, blog, grup WA, bahkan dari mulut ke mulut tetangga juga beredar. Sekitar pertengahan 2020 hingga akhir 2021, banyak bermunculan gerakan menyelamatkan lingkungan dengan eco enzyme. Eco enzyme sendiri pertama dicetuskan oleh Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand, dan kini menyebar hingga ke negara-negara lain termasuk Indonesia. Komunitas pegiat eco enzyme pun mulai bermunculan di berbagai kota, tentunya dengan segudang pro dan kontra yang dibawa masing-masing komunitas. Berdasarkan informasi yang beredar, eco enzyme diklaim sebagai cairan multifungsi, mulai dari pembersih lantai, pembersih perabot dapur, pencuci piring, bahkan sampai yang lebih ekstrem seperti air purifier, hand sanitizer, desinfektan, pembersih luka, obat kumur, dan puluhan klaim lain.

Namun, apakah klaim-klaim tersebut sudah teruji klinis, terutama ketika bersentuhan dengan tubuh manusia? Perlu diketahui, bahan dasar eco enzyme adalah air, gula, dan bahan organik, dimana bahan organik diperoleh dari kulit buah dan sisa sayur mentah yang tidak dimasak. Proses pembentukan cairan eco enzyme didasari reaksi fermentasi zat gula dan karbohidrat menjadi alkohol dan asam-asam organik. Sebagai seorang yang berkecimpung di dunia akademik, penulis pun ragu dengan klaim tersebut. 

Beruntung, melalui Yayasan Loyola, penulis bersama satu rekan kerja diberikan kesempatan untuk menelaah lebih dalam terkait klaim kegunaan eco enzyme sebagai hand sanitizer. Program ini diluncurkan untuk menumbuhkan semangat guru dan tenaga pendidik di SMA Kolese Loyola agar mampu mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai kompetensi masing-masing. Ada pun penelitian yang berjalan selama hampir 10 bulan ini berjudul Pengaruh Variasi Jenis Gula dan Konsentrasi Eco Enzyme terhadap Daya Antiseptik sebagai Alternatif Pengganti Hand Sanitizer Kimia. Tuh kan panjaaang. Namun, di sini penulis akan mencoba mengemas hasil penelitian secara sederhana agar dapat dicerna oleh pembaca umum.

Intinya, tujuan penelitian kami berfokus untuk membuktikan kebenaran klaim eco enzyme sebagai hand sanitizer. Penelitian diawali dengan pembuatan eco enzyme sendiri dengan lima variasi jenis gula, yaitu gula tebu, gula aren, gula kelapa, gula brown, dan molase. Fermentasi dilakukan dalam lima wadah tertutup, di dalamnya berisi masing-masing satu jenis gula, bahan organik dengan komposisi dan massa yang sama persis, serta air bersih. Kondisi wadah dan pelaksana dijaga bersih, agar tidak terbentuk jamur hitam yang berbau busuk. Fermentasi berjalan selama tiga bulan, Maret 2021 - Juni 2021, dengan frekuensi pengukuran derajat keasaman tiap satu bulan. 

Masa panen dilakukan dengan memisahkan ampas organik dengan cairannya, sebab dalam penelitian kami, hanya cairannya yang diambil. Kelima jenis eco enzyme dianalisis secara kromatografi menggunakan instrumen HPLC untuk mengetahui kadar zat aktif alkohol dan asam yang terbentuk. Kemudian salah satu jenis eco enzyme dengan kadar alkohol dan asam tertinggi diencerkan untuk uji antiseptik, menggunakan metode angka lempeng total dan difusi cakram. Ada pun pengenceran yang digunakan yaitu 12,5%, 25%, 50%, dan 100%.

Hasil penelitian aktivitas antibakteri metode difusi cakram. Sumber: dokpri
Hasil penelitian aktivitas antibakteri metode difusi cakram. Sumber: dokpri

Hasilnya diluar ekspektasi kami, sekaligus bertentangan dengan klaim-klaim yang beredar. Dapat diamati pada gambar, bahwa semua konsentrasi eco enzyme tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang telah dibiakkan (ditandai tidak adanya zona bening, kecuali pada kontrol positif yang memang berisi zat antibakteri). Bakteri E.coli dan S.aureus digunakan dalam penelitian ini, mengingat dua bakteri tersebut paling banyak dijumpai pada telapak tangan manusia. Untuk hasil metode angka lempeng total, juga menunjukkan hasil bakteri yang malah semakin banyak.

Akhir kata, dengan segala keterbatasan, kami memutuskan untuk menarik kesimpulan bahwa eco enzyme belum terbukti dapat digunakan sebagai hand sanitizer. Tidak menutup kemungkinan bahwa penelitian kami terdapat kesalahan, mengingat masih sangat sedikit sumber yang dapat dijadikan acuan, serta minimnya supervisi dan pendampingan dari ahlinya. Artikel sederhana ini dipublikasikan sebagai salah satu bentuk ucapan terima kasih kepada Yayasan Loyola yang telah mendukung biaya penelitian sehingga dapat berjalan sampai selesai. Sebab, kalau mengunggah laporan penelitian di sini, rasa-rasanya kok terkesan menggurui hehehe. Rencana, penulis akan mencoba membuktikan klaim lain dari eco enzyme, yang harapannya dapat memberikan hasil sesuai hipotesis.  Semoga artikel ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun