Akibat Covid-19, guncangan tatanan kehidupan tak dapat dihindari. Mau tak mau, sebagian besar interaksi sosial beralih melalui online. Diawali dari pengadaan kegiatan belajar mengajar (KBM) melalui daring, disusul maraknya seminar online yang berbentuk Webinar. Aplikasi Google Meet, Zoom, Microsoft Teams, WA, dan kawan-kawannya mendadak naik daun.
Baru-baru ini, berita tentang penyelenggaraan ospek online juga ramai diperbincangkan netizen. Ada yang bersorak-sorak, tetapi ada juga yang merengut. Yah, semua kejadian selalu tidak lepas dari pro-kontra berbagai pihak.Â
Mahasiswa baru (maba) pasti mendukung kebijakan ospek online ini, selain hilangnya tradisi main fisik, juga akan timbul celah untuk bolos ospek dengan dalih sinyal buluk (nah lho). Di sisi lain, kakak tingkat (kating) bisa saja diam-diam menyimpan rahasia pasca covid-19 berakhir. "Tidak semudah itu menjadi keluarga besar kampus kami!"
Adakalanya penulis melalui platform ini hendak menuangkan pendapat pribadi yang mungkin akan terjadi jika ospek online benar-benar dilaksanakan.Â
Bagi yang pernah merasakan sekolah online, pasti tidak asing dengan yang namanya take video sedang melakukan aktivitas bersih-bersih rumah, atau post a photo kegiatan eksperimen berbahan dasar barang bekas di sekitar rumah. Pernah juga penulis jumpai tugas take video senam lantai selama minimal lima menit.Â
Tidak menutup kemungkinan dalam ospek online juga terjadi drama yang sama, bahkan lebih parah. Yang jadi masalah, kalau mabanya disuruh posting kegiatan begitu, lha yang ngambil gambar/video siapa? Ya kalau di rumah ada saudara, kakak/adik yang melek teknologi.Â
Kalau di rumah cuma ada angkatan sepuh yang gaptek, bagaimana? "Bapak gaptek ngene kok dikon ngrekam." (Bapak gaptek begini kok disuruh merekam video). "Aduh, fotonya blur, tidak kelihatan aktivitas yang sedang dikerjakan." "Iki sing ospek bocahe opo wong tuwone?" (Ini yang ospek anaknya apa orang tuanya).Â
Dan masih banyak lagi kerepotan yang mungkin saja akan dialami jika ospek online menjadi kenyataan. Belum lagi kalau disuruh join live jam tiga pagi, dan semua maba sepakat untuk tetap tidur dengan alasan tidak ada sinyal. Hahaha, ajang balas dendam pasca covid-19 siap menghantui.
Apa pun skenario yang akan terjadi nantinya, penulis harap pesan mulia ospek tetap dapat tersampaikan. Ketiadaan main fisik tidak boleh turut melunturkan semangat juang mahasiswa, sampai kapan pun. Bagaimana pun, ospek tetap wajib dijalankan sebagai sarana pengenalan seluk-beluk kampus dan civitas akademika. Alangkah tidak lucu nantinya kalau masuk kuliah, nama dosen wali saja tidak tahu. Hmmm, jangan sampai terjadi, ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H